ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN ANAK
Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dan Budaya
Dasar
Dosen Pengampu Ibu Nur Khasanah, S.ST, M.Kes.
Disusun Oleh:
Ida Ulfah Rifai 16150028
Rosa Anggreini 16150034
Marta Long Seng 16150031
Ni Luh Enik Sumartini 16140027
Miftach Nur Khoirriyah 16150035
Reni Setiyawati 16150038
Hesti Rahayu 16150038
Komang Indah Sawitri 16150037
Baselisa P. S. R. 16150029
Ria Anggela 16150030
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang tiada
henti-hentinya pada hamba-Mu ini. Terima kasih untuk kedua orang tua yang
memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral maupun spiritual, kami
berhasil menyelesaikan makalah dengan judul
“Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Anak” yang berisi
pemahaman materi bagi teman-teman sebagai sarana belajar agar lebih aktif dan
kreatif. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak sekali mengalami kesulitan
karena kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun banyak
kekurangan.
Kami menyadari sebagai seorang
mahasiswa Kebidanan yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak
belajar dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap mudah-mudahan makalah
ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan
datang. Amin.
Yogyakarta,
24 Maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A.
Latar Belakang.............................................................................................4
B.
Rumusan Masalah........................................................................................5
C.
Tujuan..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A.
Pengertian Anak..........................................................................................6
B.
Pengertian Budaya......................................................................................6
C.
Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan
Dengan Anak..........................7
BAB III PENUTUP................................................................................................10
A.
Kesimpulan.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya
tempat anak dibesarkan dapat dijelaskan sebagai nilai-nilai, pola pikir, dan
keyakinan yang dianut oleh sosok-sosok utama dalam kehidupan anak. Misalnya,
anda mungkin sangat meyakini konsep saling menghargai sesama manusia, atau
bahwa kekerasan fisik antar anak tidak bisa ditoleransi. Anak anda akan
menyerap hal tersebut dan membentuk pandangan sendiri akan dunia yang
merefleksikan nilai-nilai tersebut.
Anak
dapat mengalami kesulitan menyesuaikan diri jika nialai-nialai budaya dalam
kehodupannya, baik yang didapat dari orang tuanya maupun dari sistem keyakinan
budaya yang lebih luas yang berhubungan dengan latr belakang suku, tidak sesuai
dengan nilai-nilai yang dalam dunianya sehari-hari.
Aspek
sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era
globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut
semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang
kini banyak merebak di kalangan masalah adalah kematian ataupun kesakitan pada
ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya
dan lingkungan didalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari
atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara
makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali
membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatn ibu dan anak.
Aspek
sosial budaya merupakan sesautu yang mendasar berkaitan dengan akal dan
pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya inilah,
berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Aspek sosial budaya ini berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah yang mana pada zaman
dahulu banyak mitos dan budaya dalam menanggapi hal ini. Oleh karena itu, kami
akan membahas hal tersebut dalam makalah ini.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
Pengertian Anak ?
2. Apa
Pengertian Budaya ?
3. Apa
Saja Aspek Sosisal Budaya Yang Berkaitan Dengan Anak ?
C. Tujuan
1. Mengetahui
Pengertian Anak
2. Mengetahui
Pengertian Budaya
3. Mengetahui
Aspek Sosisal Budaya Yang Berkaitan Dengan Anak
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Anak
Anak
merupakan makhluk sosial,yang membutuhkan pemeliharaan,kasih sayang dan tempat
bagi perkembangannya. Anak juga mempunyai perasaan,pikiran,kehendak tersendiri
dimana semuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur
yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangannya.
Seorang anak mempunyai hak untuk
mendapatkan perawatan kesehatan dari keluarganya tetapi kesehatan anak sekarang
ini sangat memprihatinkan karena banyak sekali kasus anak-anak yang terkana penyakit
tertentu karena tidak tercukupi kebutuhan gizinya. Seperti banyak anak-anak
dipelosok desa yang orangtuanya hanya memberi kebutuhan gizi sekedarnya saja
pada anak mereka.
Anak( jamak: anak-anak) adalah
seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa
pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua,dimana kata “anak” ,merujuk pada
lawan dari orangtua, oramg dewasa adalah anak dari orang tua mereka,meskipun
mereka telah dewasa.
Menurut psikologi anak adalah
periode perkembangan.
B. Pengertian
Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa sansekerta yaitu Buddayah,yang
merupakan bentuk jamak dari Buddi ( Budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi, dan akal
manusia.
Dalam bahasa inggris ,kebudayaan disebut
Culture ,yang berasala dari bahasa
latin Colere yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai “kultur” dalam bahasa indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang,dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik,adat istiadat,bahasa,perkakas,pakaian,bangunan,dan karya seni.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh ,budaya bersifat kompleks,abstrak,dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif . Unsur -unsur
budaya ini tersebar,dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
C. Aspek
Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Anak
Aspek sosial budaya merupakan suatu
yang mendasar berkaitan dengan akal dan pemikiran manusia dalam kehidupan
sosial. Karena aspek sosial budaya inilah,berkembang yang namanya mitos dan
fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Mitos –mitos yang lahir dimasyarakat
ini sebenarnya kadang tidak masuk akal dan bahkan berbahaya bagi ibu dan anak.
Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat anak.
Aspek tumbuh kembang pada anak
dewasa ini adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para
pakar,karena hal tersebut merupakan aspek
yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang baik secara fisik
maupun psikososial. Namun, sebagaian orang tua belum memahami ini ,terutama
orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang
relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak
sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Sering kalipara orang tua mempunyai pemahaman bahwa
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama ( Nursalam,2005 ).
Berikut ini merupakan mitos yang
berkembang berkaitan dengan tumbuh kembang anak:
1. Setiap
anak yang mengalami diare,demam dan rewel
biasanya orang tua sering
mengaitkannya dengan perubahan tumbuh kembang anak tersebut. Contohnya :
tumbuhnya gigi, mulai belajar berjalan,mulai belajar berbicara.
2. Biasanya
kepercayaan masyarakat terhadap anak, jika anak yang mengalami tumbuh gigi
terlebih dahulu maka kemungkinan untuk berjalannya lambat, begitu pula sebaliknya
jika anak berjalan terlebih dahulu maka kemungkinan untuk tumbuh gigi
terlambat.
3. Jika
anak mengalami step atau demam tinggi biasanya orang tua yang masih kental
dengan adat dan budayanya sering menyikapi hal tersebut dengan mengibaskan sapu
ijuk dimuka anak tersebut.
4. Jika
menjelang magrib anak kecil tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah dan
biasanya orang tua menakut-nakutinya agar anak tersebut tetap berada didalam
rumah.Hal ini, bertujuan agar anak tidak terkena angin malam yang menyebabkan
anak tersebut sakit.
5.
Jika rambut anak anda basah maka anak
anda akan masuk angin. Seorang pakar Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset
yang pernah dilakukannya di Inggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan
berada dalam ruangan hangat sedangakan sisanya berada di lorong dengan kondisi
basah kuyup. Setelah beberapa jam, kelompok yang berada di lorong tadi tidak
mengalami flu. Kedinginan belum tentu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
secara langsung.
6.
Anak perlu makan ketika kedinginan dan
meminum banyak air ketika demam. Hal yang seharusnya dilakukan adalah menjaga
keseimbangan komposisi cairan tubuh. Jika seseorang banyak cairan maka akan
mudah terserang penyakit begitupun sebaliknhya. Meskipun demikian anak tidak
perlu mengonsumsi minuman elektrolit bila tidak mengalami dehidrasi ataupun
diare.
7.
Anak akan kehilangan 75% panas melalui
kepala
Mitos
ini berkembang karena keharusan bahwa kepala bayi yang baru lahir ditutupi ketika
cuaca dingin ataupun panas. Hal tersebut dibenarkan karena kepala bayi memiliki
presentasi lebih besar dari pada bagian tubuh yang lainnya. Tetapi saat
beranjak dewasa, keluarnya panas melalui kepala hanya 10%, sisanya keluar
melalui kaki, lengan, dan tangan.
8.
Mitos tentang vitamin perlu diketahui
agar tidak salah langkah.
a.
Anak Kurus Karena Kurang Vitamin
Orang sering berpikir, anak yang gemuk dan lincah
pastilah sehat, pdahal belum tentu benar. Anak gemuk belum tentu cukup vitmin.
Pasalnya, tubuh yang besar relatif butuh makanan lebih banyak. “Bisa jadi, anak
yang gemuk tersebut kurang darah alias mengudap anemia.” Biasanya pada saat
lahir, anak tersebut mendapat cadangan makanan (baik zat besi maupunvitamin)
yang cukup dari ibunya. Namun seiring pesatnya pertumbuhan, ia ternyata relatif
kekurangan vitamin pembentukan darah. Untuk itu harus mendapat tambahan asam
folat, zat besi, dan vitamin C. Sebaliknya, anak yang kurus juga belum tentu
kekurangan vitamin. Pemikiran bahwa anak gemuk itu sehat dan anak kurus tidak
sehat, tidak berlaku lagi sekarang. “Patokannya sekarang adalah tumbuh dan
kembang. Untuk mengetahui apakah anak kita cukup ideal, bisa menggunakan alat
ukur grafik berat, tinggi dan umur yang saling dibandingkan,” lanjut Ghazali.
Selain itu, faktor genetik pun bisa mempengaruhi anak menjadi kurus, gemu, pendek,
tinggi, dan lainnya.
b.
Nafsu Makan Hilang, Cekok saja dengan
Vitamin
Sering
kita lihat orang tua yang sembarangan mencekokkan vitamin pada anaknya yang
sulit makan. “Mencekokkan vitamin dianggap bisa mengembalikan nafsu makan anak.
Padahal, hilangnya nafsu makan anak disababkan banyak hal, seperti karena sakit
tenggoroksn, sariawan, gigi tumbuh, gigi copot, anak flu, atau terkena TBC,
“ujar Ghazali. Pemberian vitamin yang berlebihan justru bis membuat anak
kehilangan nafsu makan. Terutama jika anak kehilangan vitamin C alias asam
askorbat. Asam jika dimakan berlebihan akan menyebabkan perut perih. Apalagi
jika anak makn tidak teratur, bisa saja terjadi luka dilambung. Tetapi pada
anak kecil hal ini jarang terjadi. Penyakit maag biasanya diderita orang
dewasa. Untuk itu sebaiknya mengkonsmsi vitamin sesuai dosis wajarnya 50 mg.
Jangan termakan iklan yng menyebutkan bahwa menelan vitamin dosistinggi (sampai
1.000 mg) bisa membantu stamina tetap kuat dan tidak sakit-sakitan.
c.
Vitamin Membuat Anak Lebih Cerdas
Vitamin memang bisa membuat anak lebih cerdas, namun
tetapi prosesnya tentu saja tidak langsung. Cerdas itu terjadi karena anak
mengalami perkembangan. Misalnya cepat bicara, berjalan, bermain, dan lainnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak merupakan mahkluk sosial, yang
membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Menurut
psikologi, anak adalah periode perkembangan. Anak dapat mengalami kesulitan
menyesuaikan diri jika nila-nila budaya dalam kehidupannya, baik yang didapat
dari orang tuannya maupun dari sistem keyakinan budaya yang lebih luas yang
berhubungan dengan latar belakang suku, tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
dalam dunianya sehari-hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Woolson,
Richard C.2005. Mengapa Anakku Begitu. Bandung: Erlangga
Purwoastuti,
Endang. 2015. Pokok-pokok Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Pada Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar