jump shoot

Selasa, 02 Mei 2017

Makalah Teori Model Keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
 Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan  suatu bentuk  pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya  ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang  kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar  rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
 Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pasa suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan. Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang keperawatan, yaitu Callista Roy, Madeleine Leinenger, Jean Watson, Joice Travelbee, dll.

B.       Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
a.        Menjelaskan pengertian dan  teori model keperawatan menurut Callista Roy.
b.      Menjelaskan pengertian dan teori model keperawatan  menurut Madeleine Leinenger.
c.       Menjelaskan pengertian dan teori model keperawatan  menurut Jean Watson.
d.      Menjelaskan pengertian dan teori model keperawatan  menurut Joice Travelbee.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.     Calista Roy

Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.
Sumber Teori
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
a.          Focal stimuli                   : Individu segera menghadap
b.      Konsektual stimuli            : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
c.          Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana menentukan stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif. Sesuai dengan teori Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak positif terhadap perubahan lingkungan.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.
Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi, menyaring dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk penyaringan model.
Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan spiritnya.
Diskripsi Teori dan Model
Roy menggambarkan metode adaptasi dalam keperawatan. Individu adalah makhluk biospikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan sosial. Setiap orang selalu menggunakan koping baik yang bersifat positif maupun yang negatif untuk dapat beradaptasi. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu: Factor kondisi, situasi yang penyebab utama terjadi perubahan, keyakinan dan pengalaman dalam beradaptasi. Setiap individu berbeda berespon terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup mandiri/kemandirian, serta kebutuhan akan kemampuan melalui peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri. Posisi individu pada rentang sehat sakit terus berubah, berhubungan erat dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi.
Roy berpendapat ada 2 metode koping yaitu: Regulator merupakan proses input secar sistematis melalui jalur saraf, kimia dan endokrin. Cagnator dimana memproses input melalui cara kognitif seperti persepsi, proses informasi, belajar, keputusan dan emosi. Individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh yang meiliki mekanisme koping untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Individu selalu berinteraksi secara konstan atau selalu beradaptif terhadap perubahan lingkungan. Lingkungan adalah semua yang ada disekeliling kita dan berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan proses dalam menjaga integritas diri. Peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi terhadap perubahan yang ada.
Menurut Roy, tindakan keperawatan ditujukan untuk meningkatkan adaptasi individu terhadap sehat dan penyakit. Keempat model adaptasi itu adalah  Model fisiologi: cairan dan elektrolit, sirkulasi dan oksigenasi, nutrisi dan eliminasi, proteksi, neurology dan endokrin. Model konsep diri: gambaran diri, ideal diri, moral diri. Model fungsi peran: kebutuhan akan integritaso. Model interdependen (kemandirian): hubungan seseorang dengan yang lain dan sumber system yang memberikan bantuan, kasih sayang dan perhatian.

Kerangka Konsep
Tujuan keperawatan Roy yaitu untuk mengidentifikasi tipe kebutuhan klien, menkaji kemampuan adaptasi terhadap kebutuhan dan membantu  klien beradaptasi. Individu adalah sistem adaptif biopsikososial dalam suatu lingkungan. Individu dan lingkungan menyediakan tiga kelas stimuli-focal point, sisa dan kontekstual. Melalui dua mekanisme adaptif, regulator dan cognator, individu menunjukkan respons adaptif atau respon yang tidak efektif membutuhkan intervensi keperawatan. Model adaptasi ini didasari oleh model adaptasi fisiologi, psikologis, sosiologis, serta ketergantungan dan kemandirian. 

B.     MAEDELEINE LEININGER
Madeleine Leininger lahir pada tanggal 13 juli 1925 di Sutton, Nebraska, Amerika Serikat. Beliau adalah seorang ahli teori keperawatan perintis, yang pertama kali muncul pada tahun 1961. kontribusinya untuk teori keperawatan melibatkan diskusi tentang apa itu peduli. Teerutama, ia mengembangkan konsep keperawatan transkultural, membawa peran faktor budaya dalam praktek keperawatan ke dalam diskusi tentang bagaimana yang terbaik untuk mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.
Beliau menerima gelar diploma dalam keperawatan dari St Anthony's School of Nursing di Denver, Colorado. Pada tahun 1950, ia memperoleh B.S. dari St Scholastica (Benedictine College) di Atchi, Kansas. Dan pada tahun 1954 meraih M.S. di Nurs kesehatan jiwa dan mental dari Universitas Katolik Amerika di Washington, DC. Pada tahun 1965, ia dianugerahi gelar Ph.D. dalam antropologi budaya dan sosial dari Universitas Washington, Seattle (Tomey dan Alligood, 2001).
Deskripsi Teori dan Model
Keperawatan transkultural merupakan suatu area utama dalam keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan analisis tentang budaya dan sub-budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, nilai-nilai, keyakinan tentang sehat-sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowledge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran perawat dalam memahami budaya klien.
Peran perawat pada transcultural nursing theory ini adalah menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awan dengan sistem perawatan profesional melalui asuhan keperawatan. Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan, tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap memperhatikan tiga prinsip asuhan keperawatan, yaitu :
1.     Culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
2.        Culture care accommodation/negotiation, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena budaya yang ada, yang merefleksikan budaya untuk beradaptasi, bernegosiasi, atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atu klien.
3.    Culture care repatterning/restructuring, yaitu prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik.
Kerangka Konsep
Tujuan keperawatan dari Leininger yaitu: Untuk memberikan perawatan yang konsisten dengan ilmu dan pengetahuan keperawatan dengan caring sebagai fokus sentral (chinn dan jacobs,1995). Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well being, yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Kerangka kerja teori ini adalah teori trankultural, caring merupakan sentral dan menggabungkan pengetahuan dan praktek keperawatan (Leininger,1980).

C.     JEAN WATSON
 Jean Watson dilahirkan di sebuah kota kecil yang akrab di Pegunungan Appalachian dari West Virginia pada 1940. Jean Watson lulus dari Lewis Gale Sekolah Keperawatan di Roanoke, Virginia , pada tahun 1961. Dia melanjutkan studi perawat di University of Colorado di Boulder , mendapatkan gelar BS pada tahun 1964, MS dalam keperawatan kesehatan jiwa dan mental pada tahun 1966, dan Ph.D. dalam psikologi pendidikan dan konseling pada tahun 1973. Dia adalah penulis sejumlah buku, termasuk The Filsafat dan Ilmu Peduli. Watson terkenal Teorinya Merawat Manusia / transpersonal. Dia menciptakan nirlaba Watson Merawat Science Institute pada tahun 2008 untuk lebih menyebarkan ide-ide nya. Beliau mendapat penghargaan Dokter Kehormatan Ilmu Keperawatan, Universitas Victoria, Victoria, British Columbia, Kanada (November 2010) dan Doktor Kehormatan internasional, Université de Montréal, Montreal, Quebec, Kanada (2003).
Deskripsi Teori dan Model
Pandangan teori Jean Watson memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dan meningkatkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan.
Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah “human science and humancare”. Watson percaya bahwa focus utama dalam keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari perspektif himanistik yang dikombinasikan dengan dasar poengetahuan ilmiah. Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan filososfi humanistic dan system nilai serta seni yang kuat. Filosofi humanistic dan system nilai ini member fondasi yang kokoh bagi ilmu keperawatan, sedangkan dasar seni dapat membantu perawat menbgembangkan vidsi mereka serta nilai-nilai dunia dan keterampilan berpikir kritis. engembangan keterampilan berpikir kritis.Pengembangan keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan keperawatan, namun fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan pengobatan penyakit.
Kerangka Konsep
Untuk meningkatkan kesehatan, mengembangkan klien pada kondisi sehatnya, dan mencegah kesakitan. Kerangka kerja teori ini Teori ini mencakup filosofi dan ilmu tentang caring;caring merupakan proses interpersonal yang terdiri dari intervensi yang menghasilkan pemenuhan kebutuhan manusia.

D.    JOICE TRAVELBEE
Joice travebee lahir pada tahun 1926 dirumah sakit yang juga sekolah keperawatan dikota New Orleans. Mendapatkan gelar B.S pada sekolah pendidikan keperawatan disebuah universitas dikota Lousiana tahun 1956. Pada tahun 1973 travelbee, mulai mengikuti program kedokteran di Florida, walaupun demikian ia tidak dapat menyelesaikan program tersebut karena ia ia meninggal pada usia 47 tahun setelah mendapat penyakit.
 Trevelbee memulai karirnya sebagai seorang pengajar perawatan tahun 1952. Pengajar ilmu psikiater diRS Depaul yang juga merangkap sebagai sekolah dikota New Orlean. Pada tahun 1970, ia bergelar direktur proye kpada sebuah Hotel Dieu sekolah keperawatan di New Orleans.
 Trevelbee mulai menerbitkan atikel disebuah majalah harian keperawatan di tahun 1963. Buku partamanya adalah aspek perseorangan keperawatan, yang terbit tahun 1966 dan 1971. Buku keduanya intervensi dalam ilmu psikiater keperawatan; peruses dalam hubungan antar perseorangan tahun 1969. Buku tersebut dibawah pemimpin redaksi oleh Doona dan diterbitkan tahun 1979 sebagai Travelbee Intervensi Dalam Ilmu Psikiater Keperawatan.
Deskripsi Teori dan Model
Travelbee mendefinisikan keperawatan sebagai sebuah proses antar diri perseorangan komunitas untuk mencegah dan menanggulangi dengan pengalaman dari penyakit dan penderitaan dan bahkan jika diperlukan untuk sebuah proses antar diri seseorang karena ini adalah merupakan sebuah pengalaman yang terjadi antara perawat dan individu atau sekelompok individu – individu.
Travelbee menyatakan bahwa tujuan keperawatan adalah membantu perseorangan, keluarga, atau komunitas untuk mencegah atau mengulangi dengan pengalaman penyakit dan penderitaan. Trevelbee percaya bahwa keperawatan memerlukan revolisi kemanusiaan. Sebuah titik balik untuk memfokuskan dalam merawat adalah merupakan fungsi seorang perawat dalam menjaga dan merawat penyakit orang-orang dan memprediksikannya.
Kata person didefinisikan sebagai manusia, antara keduanya antara perawat dan pasien adalah manusia, seorang manusia adalah pribadi yang unik, individu yang tidak dapat dipisahkan yang berproses berkelanjutan menjadi susunan dan perubahan. Travelbee mendevinisikan kesehatan sebagai kesehatan subjektif dan objektif.
Status kesehatan subjektif seseorang adalah sebuah definisi secara individu yang membaik dalam persetujuandengan penilain diri sendiri dari status fisik-emosi dan spiritual. kesehatan objektif adalah ketiadaan penyakit yang tidak dapat dilihat, ketidak mampuan atau ukuran kecatatan dan pemeriksaan fisik, uji laboratorium, penafsiran oleh seorang direktur spiritual, atau penasehat psikologi.
Travelbee tidak secara tegas mendefinisikan lingkungan dalam teorinya. Dia mendefinisikan kondisi dan kehidupan pengalam pertemuan oleh semua manusi selama menderita, harapan dan kesakitan dan kondisi ini dapat disamakan dengan lingkungan.
Kerangka Konsep
Teori travelbee untuk membantu individu atau keluarga untuk mencegah atau mengembangkan koping terhadap penyakit yang dideritanya,mendapatkan kembali kesehatanya,menentukan arti dari penyakit atau mempertahankan status kesehatan maksimalnya (Marriner-torney,1994).
Kerangka kerja dari teori ini adalah Proses interpersonal dipandang sebagai hubungan anusia dengan manusia yang terbentuk selama sakit dan selama “mengalami penderitaan”.









BAB III
TINJAUAN KASUS dan PEMBAHASAN
a.       Tinjauan kasus
Ibu L, 48 tahun mengalami nyeri yang luar biasa di daerah punggung bawah yang menjalar sampai ke tungkai sebelah kanannya. Nyeri ini sangat hebat pada saat melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk untuk berdiri dan duduk. Setelah dilakukan konsultasi dengan dokter A,  Ibu L dinyatakan mengalami herniasi diskus intervertebra (HNP), dan dijadwalkan untuk dilakukan discectomi (operasi pemotongan bagian diskus yang mengalami herniasi). Selanjutnya Ibu L diantar oleh suaminya dengan membawa surat pengantar dari dokter A masuk rumah sakit untuk dilakukan persiapan-persiapan termasuk pemeriksaan penunjang sebelum waktu operasi ditetapkan. Hasil pengkajian didapatkan data TD 120/90 mmHg, nadi 92x/menit, respirasi 24x/menit dan suhu 37,5˚C, pasien tampak gelisah.
Ibu L adalah wanita yang memiliki usaha menjual baju dan perlengkapan wanita disebuah toko miliknya. Ia mengaku memiliki banyak pelanggan yang terbiasa melihatnya menjadi orang yang berbusana serasi dengan koleksi jualannya. Sebelum masuk RS kebiasaan Ibu L melakukan aktifitas 12 jam perhari. Pola tidur 8 jam di waktu malam dan 1-1,5 jam di waktu siang. Olah raga yang biasa dlakukan adalah jalan pagi setiap hari Ahad. Setelah persiapannya dianggap cukup,  maka disepakati akan dilakukan operasi pada tanggal 21 Maret 2011 jam 10.00 pagi. Hasil kesepakan tersebut diperkuat surat persetujuan operasi yang di tanda tangani oleh bpk A selaku suami Ibu L.
b.      Pembahasan
  1. Konsep Teori
Model yang dikembangkan Roy dapat diaplikasikan diberbagai tatanan pelayanan RS pada klien dengan penyakit akut maupun kronis, dari klien dengan permasalahan fisiologis dan psikologis, sesuai dengan karakteristik teori oleh George (1995) bahwa teori harus dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah klien dari yang sederhana sampai yang komplek. Pada intervensi, model adaptasi Roy dapat menghindarkan terjadinya duplikasi pembuatan perencanaan tindakan dan lebih terarah karena penetapan masalah berdasarkan berbagai respon yang sama walaupun berasal dari berbagai sistim mode.
  1. Aplikasi teori
Pendekatan adaptasi model dirasa lebih sesuai atau lebih mudah dikerjakan pada klien dengan gangguan medikal bedah seperti discectomi dan pasca pembedahan karena observasi terhadap respon klien baik yang adaptif maupun yang tidak efektif dapat dilakukan dengan lebih teliti dan dalam waktu yang cukup. Aplikasi model asuhan pada contoh kasus agak sulit untuk dilakukan karena selama ini kurangnya pengalaman dalam aplikasi model asuhan dari Roy, akan tetapi setelah mencoba untuk mengaplikasikan pada contoh kasus sangat membantu untuk merumuskan diagnosa dan intervensi, pada perumusan diagnosa kita dapat melakukan dengan berbagai macam pendekatan. Hal ini karena Roy menawarkan berbagai alternatif yang memudahkan sesuai kasus. Pada intervensi dapat dihindarkan terjadinya duplikasi rencana tindakan karena rencana tindakan dapat dipadukan dari berbagai sumber pengkajian yang sangat lengkap sehingga rencana dapat dibuat ringkas, terarah dan menjangkau cakupan yang luas dari permasalahan klien.
  1. Pengkajian.
1)      Bio data:
v  Nama                                            : Ibu L
v  Tempat lahir                                 : Makassar
v  Umur                                            : 48 tahun.
v  Agama                                          : Islam.
v  Suku                                             : Makassar.
v  Pendidikan                                   : SMA
v  Pekerjaan                                      : Wiraswasta.
v  Alamat                                         : Makassar
v   Sumber Data                               : Pasien dan Keluarga (suami)
v  No medical record                       : 36 51 01.
v  Masuk Rumah sakit                     : Tanggal 21 Maret 2011

2)      Pengkajian Perilaku
a.       Pengkajian Tahap Pertama
Pengkajian tahap pertama adalah mengumpulkan data perilaku output Ibu L sebagai sistim adaptasi dihubungkan dengan 4 mode adaptif fungsi fisiologis, konsep diri, peran dan interdependen.
Pengkajian tahap pertama pada Ibu N didapatkan data :
Mode fisiologis
S    : Menyatakan gerakan- nya terbatas
O   : Pasien nampak terbaring di tempat tidurnya dan nampak ragu-ragu
       untuk bergerak, serta tampak gelisah
Mode Konsep diri
S    : Menyatakan cemas akan terjadi perubahan penampilan
O   : Tampak gelisah
Mode Fungsi peran
S    : Menyatakan takut terjadi kecacatan
O   : Rendah diri terhadap penampilanya
Mode Interdependen
 Tidak berdaya

b.      Pengkajian Tahap Kedua
Setelah mengidentifikasi respon tidak efektif dan respon adaptif selanjutnya melakukan pengkajian tahap kedua yang meliputi fokal, kontekstual dan residual stimuli.
Pengkajian tahap dua pada Ibu N didapatkan data :
1)      Pengkajian stimulus
a)      Stimulus fokal (etiologi)
b)      Stimulus konstekstual (presipitasi)
c)      Stimulus residual (predisposisi)
-          Identifikasi stimulus yang berpengaruh: Budaya, keluarga, fase perkembangan
-          Istirahat dan aktifitas
Tidur sering terbangun dan keterbatasan beraktifitas
Kekurangan istirahat tidur dapat menyebabkan kelelahan dan menghambat proses recovery sedangkan keterbatasan aktifitas dapat menyebabkan ketergantungan ADL
-          Rasa nyeri dapat mengaktivasi RAS yang menghambat proses tidur sedangkan post operasi discectomi membutuhkan sedikit pengaturan aktifitas

Self Konsep          : Penurunan konsep diri body image takut terjadi kecacatan
Phisical self           : Rendah diri tehadap penampilannya
Personal self          : Ketakutan terhadap gagalnya pengembalian fungsi normal
                          dari kaki
Fungsi peran          : Takut keberadaannya menjadi beban orang lain
Peran primer          : Kehilangan hoby bermain tenis setiap minggu
Peran tersier    : Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk berobat
Interdependence :
·         Keterbatasan kebebasan di rumah sakit
·         Kesepian, terbatasnya interaksi dengan keluarga dan kolega
·         Adanya jadwal berkunjung dari rumah sakit
·          
  1. Diagnosa keperawatan
Sesuai dengan metode pembuatan diagnose keperawatan yang dikembangkan oleh Roy melalui tiga cara yaitu menggunakan tipologi berdasarkan adaptasi mode, mengobservasi perilaku yang paling dipengaruhi oleh stimulus dan menyimpulkan dari perilaku dari satu atau lebih adaptif mode dengan stimulus yang sama maka disusunlah diagnosa sbb:
a.       Gangguan aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak
b.      Cemas berhubungan dengan penurunan konsep diri body image dan harga diri
  1. Intervensi
    Tanggal                                   :
    Problem aktual/resiko  :
Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak
Hasil yang diharapkan :
Ø  Klien dapat tidur 8 jam perhari tanpa gangguan
Ø  Dengan keterbatasan aktifitasnya klien dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
Ø  Kondisikan lingkungan yang nyaman bagi klien-Lakukan mobilisasi sesuai dengan program perawatan

4. Tindakan keperawatan        :
Ø  Ajarkan klien untuk melakukan mobilisasi secara mandiri
Ø  Latih klien sesuai kemampuan untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ADLnya sesuai dengan kemampuan
Tanggal                       :
Problem aktual/resiko  :
Cemas dan ketakutan berhubungan dengan : penurunan konsep diri body image dan harga diri
Hasil yang diharapkan : Klien mampu mengungkapkan cemas dan ketakutanya dan mau mendiskusikan untuk mencari alternatif pemecahan
4.      Tindakan keperawatan            :
Ø  Bina hubungan saling percaya dan yakinkan kehadiran perawat adah untuk membantu memecahkan permasalahan klien
Ø  Kuatkan koping klien dengan aspek adaptif yang dimiliki
Ø  Jelaskan operasi discectomi tidak akan menimbulkan kecacatan bila dilakukan perawatan dengan benar
Ø  Rencanakan kehadiran keluarga untuk menemani klien
 1.         Strategi Pelaksanaan (Contoh Skenario)
1)   Fase Orientasi
a.       Salam Terapeutik
P  : “Assalamualaikum Bu Lina, saya Ns. Uni, temannya Ns. Ima, pagi ini saya yang  akan merawat bu Lina”
K  : Oh… iya, dengan senang hati kalau suster mau merawat saya”
b.       Validasi
P  : “Bagaimana perasaan bu Lina hari ini?”
K  : Alhamdulillah suster, sakitnya sudah berkurang, tapi..saya takut
       bergerak” (dengan raut muka cemas)
c.       Kontrak
P  : “Katanya bu Lina dan suami ibu sering merasa cemas dan takut dengan
        proses penyembuhan penyakit ibu, bagaimana kalau kita diskusi/bercerita
        tentang  hal ini”
K : “Baiklah kalau begitu, iya saya juga mau suster” (sahut suami pasien)
P : “Kira-kira dalam waktu 15 menit, kita berdiskusi masalah ini? bagaimana
        menurut bu Lina?”
K : “Iya .., biar lebih sedikit waktunya juga saya setuju”
P :  “Kita diskusi di  sini di tempat tidur bu Lina saja ya, sambil ibu istirahat”
K : “Iya suster, karena saya masih takut kalau bangun duduk”
2)   Fase Kerja
P  : “Bu, kira-kira apa yang membuat ibu takut dengan kondisi saat ini?”
K : “Suster, kata orang penyakit saya ini bisa bikin lumpuh, saya takut kalau
        nanti saya tidak bisa berjalan normal lagi, terus takut  bergerak. Sambung
        Bpk A  “ betul tidak cacat suster?, saya juga takut kalau itu terjadi”
P  : ”Oh itu masalahnya, ”Ibu tidak usah takut bergerak karena bergerak akan
        membantu proses penyembuhan Ibu, yang penting tidak terlalu aktif, tidak apa-  apa, Ibu bisa bangun dan jalan ke kamar mandi, dan Insya Allah sembuh”
K : ”Oh iya, begitu suster..tapi bagaimana dengan jahitan luka operasi saya, nanti
        tidak terlepas suster?”
P : ”Oh, Insya Allah tidak bu..Justru kalau Ibu tidak mau bergerak nanti kaku,
        selain itu berbaring lama bikin aliran darahnya tidak lancar, sehingga lama  sembuhnya”
K  : ”Terima kasih Suster, saya sudah mengerti sekarang. Tapi suster, saya juga susah tidur”, iya suster kadang menjelang subuh baru tertidur istri saya (kata Bpk A)
P : ”Kenapa Bu?” ada yang mengganjal pikiran ibu, coba kemukakan, mungkin
       saya bisa membantunya”
K : ”Itu tadi masalahnya suster,  saya kepikiran  karena takut nanti saya tidak bisa berjalan normal lagi  (timpang) suster, saya juga takut begitu suster” (tambah suaminya)
P : ”Insya Allah Ibu bisa berjalan dan beraktifitas seperti biasa, tentu ibu harus
        yakin, bersyukur  dan selalu berdoa, karena dokter berhasil melakukan
        ”Operasi” Ibu,  jadi ibu tidak usah khawatir, bapak juga, yach...!
K : Alhamdulillah kalau begitu, sekarang hati saya sudah terasa lega (sambil saling menatap dan senyum gembira ibu Lina dan suaminya).
5.      Evaluasi
P  : Bagaimana perasaan bu Lina dan bpk A, setelah bincang-bincang dengan kami
K :   Alhamdulillah, saya sudah mengerti, merasa senang, perasaan takut dan cemas saya juga sudah hilang. Saya juga demikian suster (kata suami pasien)
P :   Baiklah, kalau begitu sekarang ibu Lina istirahat dulu, nanti kalau ada yang
         belum jelas, ibu dan bapak bisa tanya lagi, selanjutnya kami berharap ibu Lina dapat menerima perubahan status kesehatan yang terjadi saat ini.
Dokter :
Iya benar kata Ns. Uni, penyakit ibu memang terjadi di tulang belakang tepatnya di tulang belakang bagian bawah (L ke 3-4), tapi Alhamdulillah kami telah berhasil mengoperasinya, insya Allah ibu dapat sembuh dan beraktivitas seperti biasanya. Jadi ibu dan bapak sekarang banyak berdoa yach...!
K :   ”Terima kasih suster.. terima kasih dokter.., (ucapan bersamaan pasien& suami).








BAB IV
IMPLIKASI DALAM KEPERAWATAN
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dari
struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk mengaplikasikan
ilmu yang pernah di dapat di tempat mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai
seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model
praktik keperawatan yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat
tersebut bekerja. Mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung komponen
dasar seperti: adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan
praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatan
terhadap ke- butuhan semua pasien, serta adanya pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan oleh perawat dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan
pasien.( Murwani Arita, 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Yogyakarta, Fitramayana.)



















BAB V
PENUTUP
a.       Kesimpulan
 Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan dipengaruhi oleh elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti tehnologi, kepercayaan dan faktor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan fakto-faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat : pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan praktek-praktek yang merupakan baggian integral dari aspek-aspek struktur sosial.
Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan antara berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan. Tindakan membantu didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung. Menurut Leineinger bantuan semacam ini baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.
b.      Saran  
1.      Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
2.      Pelaksanaan teori leininger memerlukan pengabungan dari teori keperawatan yang lain yang terkait seperti teori adaptasi, self care, dll









DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, S.Kep, Ners, Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
leininger Madeleine diambil pada 10 Oktober 2006 dari http://en.wikipedia.org/wiki/madeleine-leininger.
The basic concepts of trancultural nursing. Diambil pada 10 Oktober 2006 dari http://www.cultulrediversity.org/thirdwrld.htm
Dwidiyanti M. Aplikasi model konseptual Keperawatan, Semarang: Akper Dep.Kes. 1987.
Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement, California: Appleton & Large. 1991.
Ann Marriner Tomey & Martha Raile Alligood, nursing theorist and their work. 1998: Mosby
erathenurse.blogspot.com/…/model-konseptual-keperawatan.htm.
nursingtheories.blogspot.com/2008/07/sister-c
www.geocities.com/…/vanessa/roy1.htm
www.rase.urg.uk/search09/indek.asp



Tidak ada komentar:

Posting Komentar