BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan
kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada
ilmu keperawatan. Pada perkembangannya
ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu
keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan
zaman. Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan
diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi
bidang kesehatan yang senantiasa
berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah
menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
Profesi keperawatan adalah profesi yang unik
dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model
konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide
dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan
smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk
menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai
individu, kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan
disiplin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan
pernyataan yang berfokus lebih khusus pasa suatu kejadian dan fenomena dari
suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan
para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma
keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat
untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang
perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam
memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi
dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan. Ada berbagai
jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang
keperawatan, yaitu Callista Roy, Madeleine Leinenger, Jean Watson, Joice
Travelbee, dll.
B. Tujuan Penulisan
Makalah
ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
a. Menjelaskan pengertian dan teori model keperawatan menurut Callista Roy.
b. Menjelaskan pengertian dan teori
model keperawatan menurut Madeleine
Leinenger.
c. Menjelaskan pengertian dan teori
model keperawatan menurut Jean Watson.
d. Menjelaskan pengertian dan teori
model keperawatan menurut Joice
Travelbee.
BAB II
TINJAUAN TEORI
TINJAUAN TEORI
A. Calista Roy
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph
of Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles
California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount
Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di
University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada
tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam
Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan
sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam
kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan
teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli
fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen
mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai
tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi
dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual
stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi
dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain
konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model
konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan
nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan,
terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey
penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari
model adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar
belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan
bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan
spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model
adaptasi keperawatan.
Sumber
Teori
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja
adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
a. Focal stimuli : Individu segera menghadap
b. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang
menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
Dari focal stimuli.
c. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya
keadaan.
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang
mana menentukan stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun
negatif. Sesuai dengan teori Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak
positif terhadap perubahan lingkungan.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.
Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model
sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan
penelitian. Sejak itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa
terbantu untuk mengklasifikasi, menyaring dan memperluas model. Penggunaan
model praktek juga memegang peranan penting untuk penyaringan model.
Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan spiritnya.
Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan spiritnya.
Diskripsi Teori dan Model
Roy menggambarkan metode adaptasi dalam keperawatan.
Individu adalah makhluk biospikososial sebagai satu kesatuan yang utuh.
Seseorang dikatakan sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
biologis, psikologis dan sosial. Setiap orang selalu menggunakan koping baik
yang bersifat positif maupun yang negatif untuk dapat beradaptasi. Kemampuan
beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu: Factor kondisi,
situasi yang penyebab utama terjadi perubahan, keyakinan dan pengalaman dalam
beradaptasi. Setiap individu berbeda berespon terhadap kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup
mandiri/kemandirian, serta kebutuhan akan kemampuan melalui peran dan fungsi
secara optimal untuk memelihara integritas diri. Posisi individu pada rentang
sehat sakit terus berubah, berhubungan erat dengan keefektifan koping yang
dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi.
Roy berpendapat ada 2 metode koping yaitu: Regulator
merupakan proses input secar sistematis melalui jalur saraf, kimia dan
endokrin. Cagnator dimana memproses input melalui cara kognitif seperti
persepsi, proses informasi, belajar, keputusan dan emosi. Individu adalah
makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh yang meiliki mekanisme
koping untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Individu selalu
berinteraksi secara konstan atau selalu beradaptif terhadap perubahan
lingkungan. Lingkungan adalah semua yang ada disekeliling kita dan berpengaruh
terhadap perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan proses dalam menjaga integritas
diri. Peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi terhadap perubahan yang
ada.
Menurut Roy, tindakan keperawatan ditujukan untuk
meningkatkan adaptasi individu terhadap sehat dan penyakit. Keempat model
adaptasi itu adalah Model fisiologi: cairan dan elektrolit, sirkulasi dan
oksigenasi, nutrisi dan eliminasi, proteksi, neurology dan endokrin. Model
konsep diri: gambaran diri, ideal diri, moral diri. Model fungsi peran:
kebutuhan akan integritaso. Model interdependen (kemandirian): hubungan
seseorang dengan yang lain dan sumber system yang memberikan bantuan, kasih
sayang dan perhatian.
Kerangka Konsep
Tujuan keperawatan Roy yaitu untuk mengidentifikasi tipe
kebutuhan klien, menkaji kemampuan adaptasi terhadap kebutuhan dan membantu
klien beradaptasi. Individu adalah sistem adaptif biopsikososial dalam suatu
lingkungan. Individu dan lingkungan menyediakan tiga kelas stimuli-focal point,
sisa dan kontekstual. Melalui dua mekanisme adaptif, regulator dan cognator,
individu menunjukkan respons adaptif atau respon yang tidak efektif membutuhkan
intervensi keperawatan. Model adaptasi ini didasari oleh model adaptasi
fisiologi, psikologis, sosiologis, serta ketergantungan dan kemandirian.
B. MAEDELEINE LEININGER
Madeleine Leininger lahir pada tanggal 13 juli 1925 di
Sutton, Nebraska, Amerika Serikat. Beliau adalah seorang ahli teori keperawatan
perintis, yang pertama kali muncul pada tahun 1961. kontribusinya untuk teori
keperawatan melibatkan diskusi tentang apa itu peduli. Teerutama, ia
mengembangkan konsep keperawatan transkultural, membawa peran faktor budaya
dalam praktek keperawatan ke dalam diskusi tentang bagaimana yang terbaik untuk
mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.
Beliau menerima gelar diploma dalam keperawatan dari St
Anthony's School of Nursing di Denver, Colorado. Pada tahun 1950, ia memperoleh
B.S. dari St Scholastica (Benedictine College) di Atchi, Kansas. Dan pada tahun
1954 meraih M.S. di Nurs kesehatan jiwa dan mental dari Universitas Katolik
Amerika di Washington, DC. Pada tahun 1965, ia dianugerahi gelar Ph.D. dalam
antropologi budaya dan sosial dari Universitas Washington, Seattle (Tomey dan
Alligood, 2001).
Deskripsi Teori dan Model
Keperawatan transkultural merupakan suatu area utama dalam
keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan analisis tentang budaya dan
sub-budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan
keperawatan, nilai-nilai, keyakinan tentang sehat-sakit, serta pola-pola
tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowledge yang ilmiah dan
humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu dan
budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan transkultural ini
menekankan pentingnya peran perawat dalam memahami budaya klien.
Peran perawat pada transcultural nursing theory ini adalah
menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awan dengan
sistem perawatan profesional melalui asuhan keperawatan. Oleh karena itu
perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang
akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan,
hal tersebut merupakan tahap perencanaan, tindakan keperawatan. Tindakan
keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap memperhatikan tiga prinsip
asuhan keperawatan, yaitu :
1. Culture
care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau
memerhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat
kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
2. Culture
care accommodation/negotiation, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau
memerhatikan fenomena budaya yang ada, yang merefleksikan budaya untuk
beradaptasi, bernegosiasi, atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya
hidup individu atu klien.
3. Culture
care repatterning/restructuring, yaitu prinsip merekonstruksi atau mengubah
desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien ke
arah yang lebih baik.
Kerangka Konsep
Tujuan keperawatan dari Leininger yaitu: Untuk memberikan
perawatan yang konsisten dengan ilmu dan pengetahuan keperawatan dengan caring
sebagai fokus sentral (chinn dan jacobs,1995). Hasil akhir yang diperoleh
melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah
tercapainya culture congruent nursing care health and well being, yaitu asuhan
keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang
sensitif, kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat
kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Kerangka kerja teori ini adalah
teori trankultural, caring merupakan sentral dan menggabungkan pengetahuan dan
praktek keperawatan (Leininger,1980).
C. JEAN WATSON
Jean Watson dilahirkan di sebuah kota
kecil yang akrab di Pegunungan Appalachian dari West
Virginia pada 1940. Jean Watson lulus dari Lewis Gale Sekolah Keperawatan
di Roanoke, Virginia , pada tahun 1961. Dia melanjutkan studi
perawat di University of Colorado di Boulder , mendapatkan gelar BS
pada tahun 1964, MS dalam keperawatan kesehatan jiwa dan mental pada tahun
1966, dan Ph.D. dalam psikologi pendidikan dan konseling pada tahun
1973. Dia adalah penulis sejumlah buku, termasuk The Filsafat dan
Ilmu Peduli. Watson terkenal Teorinya Merawat Manusia / transpersonal.
Dia menciptakan nirlaba Watson Merawat Science Institute pada tahun 2008
untuk lebih menyebarkan ide-ide nya. Beliau mendapat penghargaan Dokter
Kehormatan Ilmu Keperawatan, Universitas Victoria, Victoria, British Columbia,
Kanada (November 2010) dan Doktor Kehormatan internasional, Université de
Montréal, Montreal, Quebec, Kanada (2003).
Deskripsi Teori dan Model
Pandangan teori Jean Watson memahami bahwa manusia memiliki
empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan
dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan
cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal
(kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat,
kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang
meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra
dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi
diri.
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami
bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam
perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam
keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena sejahtera merupakan
keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut
keperawatan harus berperan dan meningkatkan status kesehatan, mencegah
terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan
fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal
dengan teori pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan
Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan.
Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam
keperawatan adalah “human science and humancare”. Watson percaya bahwa focus
utama dalam keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari
perspektif himanistik yang dikombinasikan dengan dasar poengetahuan ilmiah.
Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan filososfi humanistic dan system
nilai serta seni yang kuat. Filosofi humanistic dan system nilai ini member
fondasi yang kokoh bagi ilmu keperawatan, sedangkan dasar seni dapat membantu
perawat menbgembangkan vidsi mereka serta nilai-nilai dunia dan keterampilan
berpikir kritis. engembangan keterampilan berpikir kritis.Pengembangan
keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan keperawatan, namun
fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan pengobatan penyakit.
Kerangka Konsep
Untuk meningkatkan kesehatan, mengembangkan klien pada
kondisi sehatnya, dan mencegah kesakitan. Kerangka kerja teori ini Teori ini
mencakup filosofi dan ilmu tentang caring;caring merupakan proses interpersonal
yang terdiri dari intervensi yang menghasilkan pemenuhan kebutuhan manusia.
D. JOICE TRAVELBEE
Joice travebee lahir pada tahun 1926
dirumah sakit yang juga sekolah keperawatan dikota New Orleans. Mendapatkan
gelar B.S pada sekolah pendidikan keperawatan disebuah universitas dikota
Lousiana tahun 1956. Pada tahun 1973 travelbee, mulai mengikuti program
kedokteran di Florida, walaupun demikian ia tidak dapat menyelesaikan program
tersebut karena ia ia meninggal pada usia 47 tahun setelah mendapat penyakit.
Trevelbee memulai karirnya sebagai seorang
pengajar perawatan tahun 1952. Pengajar ilmu psikiater diRS Depaul yang juga
merangkap sebagai sekolah dikota New Orlean. Pada tahun 1970, ia bergelar
direktur proye kpada sebuah Hotel Dieu sekolah keperawatan di New Orleans.
Trevelbee mulai menerbitkan atikel disebuah
majalah harian keperawatan di tahun 1963. Buku partamanya adalah aspek
perseorangan keperawatan, yang terbit tahun 1966 dan 1971. Buku keduanya
intervensi dalam ilmu psikiater keperawatan; peruses dalam hubungan antar
perseorangan tahun 1969. Buku tersebut dibawah pemimpin redaksi oleh Doona dan
diterbitkan tahun 1979 sebagai Travelbee Intervensi Dalam Ilmu Psikiater
Keperawatan.
Deskripsi Teori dan Model
Travelbee mendefinisikan keperawatan sebagai sebuah proses
antar diri perseorangan komunitas untuk mencegah dan menanggulangi dengan
pengalaman dari penyakit dan penderitaan dan bahkan jika diperlukan untuk
sebuah proses antar diri seseorang karena ini adalah merupakan sebuah
pengalaman yang terjadi antara perawat dan individu atau sekelompok individu –
individu.
Travelbee menyatakan bahwa tujuan keperawatan adalah membantu
perseorangan, keluarga, atau komunitas untuk mencegah atau mengulangi dengan
pengalaman penyakit dan penderitaan. Trevelbee percaya bahwa keperawatan
memerlukan revolisi kemanusiaan. Sebuah titik balik untuk memfokuskan dalam
merawat adalah merupakan fungsi seorang perawat dalam menjaga dan merawat
penyakit orang-orang dan memprediksikannya.
Kata person didefinisikan sebagai manusia, antara keduanya
antara perawat dan pasien adalah manusia, seorang manusia adalah pribadi yang
unik, individu yang tidak dapat dipisahkan yang berproses berkelanjutan menjadi
susunan dan perubahan. Travelbee mendevinisikan kesehatan sebagai kesehatan
subjektif dan objektif.
Status kesehatan subjektif seseorang adalah sebuah definisi
secara individu yang membaik dalam persetujuandengan penilain diri sendiri dari
status fisik-emosi dan spiritual. kesehatan objektif adalah ketiadaan penyakit
yang tidak dapat dilihat, ketidak mampuan atau ukuran kecatatan dan pemeriksaan
fisik, uji laboratorium, penafsiran oleh seorang direktur spiritual, atau
penasehat psikologi.
Travelbee tidak secara tegas mendefinisikan lingkungan dalam
teorinya. Dia mendefinisikan kondisi dan kehidupan pengalam pertemuan oleh
semua manusi selama menderita, harapan dan kesakitan dan kondisi ini dapat
disamakan dengan lingkungan.
Kerangka Konsep
Teori travelbee untuk membantu individu atau keluarga untuk
mencegah atau mengembangkan koping terhadap penyakit yang
dideritanya,mendapatkan kembali kesehatanya,menentukan arti dari penyakit atau
mempertahankan status kesehatan maksimalnya (Marriner-torney,1994).
Kerangka
kerja dari teori ini adalah Proses interpersonal dipandang sebagai hubungan
anusia dengan manusia yang terbentuk selama sakit dan selama “mengalami
penderitaan”.
BAB III
TINJAUAN KASUS dan PEMBAHASAN
a.
Tinjauan kasus
Ibu L, 48 tahun
mengalami nyeri yang luar biasa di daerah punggung bawah yang menjalar sampai ke
tungkai sebelah kanannya. Nyeri ini sangat hebat pada saat melakukan kegiatan
sehari-hari, termasuk untuk berdiri dan duduk. Setelah dilakukan konsultasi
dengan dokter A, Ibu L dinyatakan
mengalami herniasi diskus intervertebra (HNP), dan dijadwalkan untuk dilakukan
discectomi (operasi pemotongan bagian diskus yang mengalami herniasi). Selanjutnya
Ibu L diantar oleh suaminya dengan membawa surat pengantar dari dokter A masuk
rumah sakit untuk dilakukan persiapan-persiapan termasuk pemeriksaan penunjang
sebelum waktu operasi ditetapkan. Hasil pengkajian didapatkan data TD 120/90
mmHg, nadi 92x/menit, respirasi 24x/menit dan suhu 37,5˚C, pasien tampak
gelisah.
Ibu L adalah wanita
yang memiliki usaha menjual baju dan perlengkapan wanita disebuah toko
miliknya. Ia mengaku memiliki banyak pelanggan yang terbiasa melihatnya menjadi
orang yang berbusana serasi dengan koleksi jualannya. Sebelum masuk RS
kebiasaan Ibu L melakukan aktifitas 12 jam perhari. Pola tidur 8 jam di waktu
malam dan 1-1,5 jam di waktu siang. Olah raga yang biasa dlakukan adalah jalan
pagi setiap hari Ahad. Setelah persiapannya dianggap cukup, maka disepakati akan dilakukan operasi pada
tanggal 21 Maret 2011 jam 10.00 pagi. Hasil kesepakan tersebut diperkuat surat
persetujuan operasi yang di tanda tangani oleh bpk A selaku suami Ibu L.
b. Pembahasan
- Konsep Teori
Model yang dikembangkan
Roy dapat diaplikasikan diberbagai tatanan pelayanan RS pada klien dengan
penyakit akut maupun kronis, dari klien dengan permasalahan fisiologis dan
psikologis, sesuai dengan karakteristik teori oleh George (1995) bahwa teori
harus dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah klien dari yang sederhana
sampai yang komplek. Pada intervensi, model adaptasi Roy dapat menghindarkan
terjadinya duplikasi pembuatan perencanaan tindakan dan lebih terarah karena
penetapan masalah berdasarkan berbagai respon yang sama walaupun berasal dari
berbagai sistim mode.
- Aplikasi teori
Pendekatan adaptasi
model dirasa lebih sesuai atau lebih mudah dikerjakan pada klien dengan
gangguan medikal bedah seperti discectomi dan pasca pembedahan karena observasi
terhadap respon klien baik yang adaptif maupun yang tidak efektif dapat
dilakukan dengan lebih teliti dan dalam waktu yang cukup. Aplikasi model asuhan
pada contoh kasus agak sulit untuk dilakukan karena selama ini kurangnya
pengalaman dalam aplikasi model asuhan dari Roy, akan tetapi setelah mencoba
untuk mengaplikasikan pada contoh kasus sangat membantu untuk merumuskan
diagnosa dan intervensi, pada perumusan diagnosa kita dapat melakukan dengan
berbagai macam pendekatan. Hal ini karena Roy menawarkan berbagai alternatif
yang memudahkan sesuai kasus. Pada intervensi dapat dihindarkan terjadinya
duplikasi rencana tindakan karena rencana tindakan dapat dipadukan dari
berbagai sumber pengkajian yang sangat lengkap sehingga rencana dapat dibuat
ringkas, terarah dan menjangkau cakupan yang luas dari permasalahan klien.
- Pengkajian.
1)
Bio data:
v Nama :
Ibu L
v Tempat lahir :
Makassar
v Umur :
48 tahun.
v Agama :
Islam.
v Suku :
Makassar.
v Pendidikan :
SMA
v Pekerjaan : Wiraswasta.
v Alamat :
Makassar
v Sumber Data : Pasien dan
Keluarga (suami)
v No medical record :
36 51 01.
v Masuk Rumah sakit :
Tanggal 21 Maret 2011
2)
Pengkajian
Perilaku
a. Pengkajian
Tahap Pertama
Pengkajian
tahap pertama adalah mengumpulkan data perilaku output Ibu L sebagai sistim
adaptasi dihubungkan dengan 4 mode adaptif fungsi fisiologis, konsep diri,
peran dan interdependen.
Pengkajian
tahap pertama pada Ibu N didapatkan data :
Mode fisiologis
S : Menyatakan gerakan- nya terbatas
O : Pasien nampak terbaring di tempat tidurnya
dan nampak ragu-ragu
untuk bergerak, serta tampak gelisah
Mode Konsep diri
S : Menyatakan cemas akan terjadi perubahan
penampilan
O : Tampak gelisah
Mode Fungsi peran
S : Menyatakan takut terjadi kecacatan
O : Rendah diri terhadap penampilanya
Mode Interdependen
Tidak berdaya
b. Pengkajian
Tahap Kedua
Setelah
mengidentifikasi respon tidak efektif dan respon adaptif selanjutnya melakukan
pengkajian tahap kedua yang meliputi fokal, kontekstual dan residual stimuli.
Pengkajian
tahap dua pada Ibu N didapatkan data :
1) Pengkajian
stimulus
a) Stimulus
fokal (etiologi)
b) Stimulus
konstekstual (presipitasi)
c) Stimulus
residual (predisposisi)
-
Identifikasi stimulus yang berpengaruh: Budaya,
keluarga, fase perkembangan
-
Istirahat dan aktifitas
Tidur
sering terbangun dan keterbatasan beraktifitas
Kekurangan
istirahat tidur dapat menyebabkan kelelahan dan menghambat proses recovery
sedangkan keterbatasan aktifitas dapat menyebabkan ketergantungan ADL
-
Rasa nyeri dapat mengaktivasi RAS yang
menghambat proses tidur sedangkan post operasi discectomi membutuhkan sedikit
pengaturan aktifitas
Self
Konsep : Penurunan konsep diri
body image takut terjadi kecacatan
Phisical
self : Rendah diri tehadap
penampilannya
Personal
self : Ketakutan terhadap
gagalnya pengembalian fungsi normal
dari kaki
Fungsi
peran : Takut keberadaannya
menjadi beban orang lain
Peran
primer : Kehilangan hoby bermain
tenis setiap minggu
Peran tersier : Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk
berobat
Interdependence :
·
Keterbatasan kebebasan di rumah sakit
·
Kesepian, terbatasnya interaksi dengan
keluarga dan kolega
·
Adanya jadwal berkunjung dari rumah
sakit
·
- Diagnosa
keperawatan
Sesuai
dengan metode pembuatan diagnose keperawatan yang dikembangkan oleh Roy melalui
tiga cara yaitu menggunakan tipologi berdasarkan adaptasi mode, mengobservasi
perilaku yang paling dipengaruhi oleh stimulus dan menyimpulkan dari perilaku
dari satu atau lebih adaptif mode dengan stimulus yang sama maka disusunlah
diagnosa sbb:
a. Gangguan
aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak
b. Cemas
berhubungan dengan penurunan konsep diri body image dan harga diri
- Intervensi
Tanggal :
Problem aktual/resiko :
Gangguan
istirahat dan aktifitas berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak
Hasil
yang diharapkan :
Ø Klien
dapat tidur 8 jam perhari tanpa gangguan
Ø Dengan
keterbatasan aktifitasnya klien dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki
secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
Ø Kondisikan
lingkungan yang nyaman bagi klien-Lakukan mobilisasi sesuai dengan program
perawatan
4. Tindakan
keperawatan :
Ø Ajarkan
klien untuk melakukan mobilisasi secara mandiri
Ø Latih
klien sesuai kemampuan untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan ADLnya sesuai dengan kemampuan
Tanggal :
Problem aktual/resiko : Cemas dan ketakutan berhubungan dengan : penurunan konsep diri body image dan harga diri
Problem aktual/resiko : Cemas dan ketakutan berhubungan dengan : penurunan konsep diri body image dan harga diri
Hasil
yang diharapkan : Klien
mampu mengungkapkan cemas dan ketakutanya dan mau mendiskusikan untuk mencari
alternatif pemecahan
4. Tindakan
keperawatan :
Ø Bina
hubungan saling percaya dan yakinkan kehadiran perawat adah untuk membantu
memecahkan permasalahan klien
Ø Kuatkan
koping klien dengan aspek adaptif yang dimiliki
Ø Jelaskan
operasi discectomi tidak akan menimbulkan kecacatan bila dilakukan perawatan
dengan benar
Ø Rencanakan
kehadiran keluarga untuk menemani klien
1.
Strategi Pelaksanaan (Contoh Skenario)
1) Fase
Orientasi
a. Salam
Terapeutik
P : “Assalamualaikum Bu Lina, saya Ns. Uni, temannya
Ns. Ima, pagi ini saya yang akan merawat
bu Lina”
K : Oh… iya, dengan senang hati kalau suster mau
merawat saya”
b.
Validasi
P : “Bagaimana perasaan bu Lina hari ini?”
K : ”Alhamdulillah suster,
sakitnya sudah berkurang, tapi..saya takut
bergerak” (dengan raut muka cemas)
c. Kontrak
P : “Katanya
bu Lina dan suami ibu sering merasa cemas dan takut dengan
proses
penyembuhan penyakit ibu, bagaimana kalau kita diskusi/bercerita
tentang hal ini”
K : “Baiklah
kalau begitu, iya saya juga mau suster” (sahut suami pasien)
P : “Kira-kira
dalam waktu 15 menit, kita berdiskusi masalah ini? bagaimana
menurut
bu Lina?”
K : “Iya
.., biar lebih sedikit waktunya juga saya setuju”
P : “Kita
diskusi di sini di tempat tidur bu Lina
saja ya, sambil ibu istirahat”
K : “Iya
suster, karena saya masih takut kalau bangun duduk”
2) Fase
Kerja
P : “Bu,
kira-kira apa yang membuat ibu takut dengan kondisi saat ini?”
K : “Suster,
kata orang penyakit saya ini bisa bikin lumpuh, saya takut kalau
nanti
saya tidak bisa berjalan normal lagi, terus takut bergerak. Sambung
Bpk
A “ betul tidak cacat suster?, saya juga
takut kalau itu terjadi”
P : ”Oh itu masalahnya, ”Ibu tidak usah takut
bergerak karena bergerak akan
membantu proses penyembuhan Ibu, yang penting
tidak terlalu aktif, tidak apa- apa, Ibu
bisa bangun dan jalan ke kamar mandi, dan Insya Allah sembuh”
K : ”Oh iya, begitu suster..tapi bagaimana dengan
jahitan luka operasi saya, nanti
tidak
terlepas suster?”
P : ”Oh, Insya Allah tidak bu..Justru kalau Ibu
tidak mau bergerak nanti kaku,
selain itu berbaring lama bikin aliran
darahnya tidak lancar, sehingga lama
sembuhnya”
K : ”Terima kasih Suster, saya sudah mengerti
sekarang. Tapi suster, saya juga susah tidur”, iya suster kadang menjelang
subuh baru tertidur istri saya (kata Bpk A)
P : ”Kenapa Bu?” ada yang mengganjal pikiran ibu,
coba kemukakan, mungkin
saya bisa membantunya”
K : ”Itu tadi masalahnya suster, saya kepikiran karena takut nanti saya tidak bisa berjalan
normal lagi (timpang) suster, saya juga
takut begitu suster” (tambah suaminya)
P : ”Insya Allah Ibu bisa berjalan dan
beraktifitas seperti biasa, tentu ibu harus
yakin, bersyukur dan selalu berdoa, karena dokter berhasil
melakukan
”Operasi” Ibu, jadi ibu tidak usah khawatir, bapak juga,
yach...!
K : Alhamdulillah kalau begitu,
sekarang hati saya sudah terasa lega (sambil saling menatap dan senyum gembira
ibu Lina dan suaminya).
5. Evaluasi
P : Bagaimana
perasaan bu Lina dan bpk A, setelah bincang-bincang dengan kami
K : Alhamdulillah, saya sudah mengerti, merasa
senang, perasaan takut dan cemas saya juga sudah hilang. Saya juga demikian
suster (kata suami pasien)
P : Baiklah, kalau begitu sekarang ibu
Lina istirahat dulu, nanti kalau ada yang
belum
jelas, ibu dan bapak bisa tanya lagi, selanjutnya kami berharap ibu Lina dapat
menerima perubahan status kesehatan yang terjadi saat ini.
Dokter :
Iya benar kata Ns. Uni, penyakit
ibu memang terjadi di tulang belakang tepatnya di tulang belakang bagian bawah
(L ke 3-4), tapi Alhamdulillah kami telah berhasil mengoperasinya, insya Allah
ibu dapat sembuh dan beraktivitas seperti biasanya. Jadi ibu dan bapak sekarang
banyak berdoa yach...!
K : ”Terima kasih suster.. terima kasih dokter..,
(ucapan bersamaan pasien& suami).
BAB IV
IMPLIKASI DALAM KEPERAWATAN
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model
konsep dalam
keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi
dari
struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
mengaplikasikan
ilmu yang pernah di dapat di tempat mereka bekerja dalam batas kewenangan
sebagai
seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan
model
praktik keperawatan yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat
perawat
tersebut bekerja. Mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung
komponen
dasar seperti: adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model,
adanya tujuan
praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun asuhan
keperawatan
terhadap ke- butuhan semua pasien, serta adanya pengetahuan dan ketrampilan
yang
dibutuhkan oleh perawat dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai
kebutuhan
pasien.(
Murwani Arita, 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Yogyakarta,
Fitramayana.)
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Teori Madeleine
Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan dipengaruhi oleh elemen-elemen
antara lain : struktur sosial seeperti tehnologi, kepercayaan dan faktor
filosofi, sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan fakto-faktor legal,
faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini
berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing
sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat :
pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan praktek-praktek
yang merupakan baggian integral dari aspek-aspek struktur sosial.
Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi
hubungan antara berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan
(yang dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti
dari idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari
keperawatan. Tindakan membantu didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung.
Menurut Leineinger bantuan semacam ini baru dapat benar-benar efektif jika
latar belakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan
pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.
b.
Saran
1. Penerapan teori Leinienger
diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu antropologi agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang baik.
2. Pelaksanaan teori leininger
memerlukan pengabungan dari teori keperawatan yang lain yang terkait seperti
teori adaptasi, self care, dll
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, S.Kep, Ners, Konsep Dasar Keperawatan,
Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
leininger Madeleine diambil pada 10 Oktober 2006 dari http://en.wikipedia.org/wiki/madeleine-leininger.
The basic concepts of trancultural nursing. Diambil pada 10
Oktober 2006 dari http://www.cultulrediversity.org/thirdwrld.htm
Dwidiyanti
M. Aplikasi model konseptual Keperawatan, Semarang: Akper Dep.Kes. 1987.
Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement, California: Appleton & Large. 1991.
Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement, California: Appleton & Large. 1991.
Ann
Marriner Tomey & Martha Raile Alligood, nursing theorist and their work.
1998: Mosby
erathenurse.blogspot.com/…/model-konseptual-keperawatan.htm.
nursingtheories.blogspot.com/2008/07/sister-c
www.geocities.com/…/vanessa/roy1.htm
www.rase.urg.uk/search09/indek.asp
erathenurse.blogspot.com/…/model-konseptual-keperawatan.htm.
nursingtheories.blogspot.com/2008/07/sister-c
www.geocities.com/…/vanessa/roy1.htm
www.rase.urg.uk/search09/indek.asp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar