jump shoot

Rabu, 03 Mei 2017

Sejarah Perkembangan Pelayanan Dan Pendidikan Kebidanan



 


 

A.    Lahirnya Sejarah Kebidanan
Ketika seorang ibu melahirkan,ia akan mencari dan mendapatkan bantuan atau pertolongan dari orang lain, untuk melahirkan bayinya. Pada sautu waktu yang entah kapan pada evolusi budaya atau adat,beberapa wanita terpanggil menjadi dukun bayi. Demikianlah proffesi kebidanan mulai ada di dunia. Sepanjang sejarah parra ahli sejarah,kebidanan yang dahulu dikakukan oleh para dukun bayi, sungguh merupakan suatu peran sosial.
Sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan keidanan,termasuk sejarah perkembanngan kesehatan dan kedokteran tua. Yakni sejak adanya wanita itu melahirkan.
Dan kemudian secara adaptasi dan naluri budaya ,ada wanita lain yang berhati luhur untuk menolong persalinan dengan kecakapan dan pegetahuan yang dimiliki.
Itulah sebabnya maka istilah bidan yang dalam bahasa Inggris disebut midwife yang diartikan with women termasuk perannya membantu kelahiran, dalam arti kelahiran normal,dan bukan  suatu tindakan intervensi seperti halnya dokter ahli kebidanan yang praktik. Di Prancis bidan disebut sebagai segefeemme atau wanita bijaksana.
Pekerjaan kebidanan berlanjut tanpa banyak perubahan sepanjang abad,bahkan demikian juga pada zaman abad kegelapan ( jahiliah) dan abad pertengahan. Dalam praktiknya para bidan menggunakan obbat-obatan alamiah dari herbal dan sejak berabad-abad, umumnya belajar menggunakan model magang artinya belajar sambil bekerja. Sebagai orang magang ,yang didapat adalah keterampilan dan pengetahuan terbgi dan terkumpul dalam dirinya,dan berlangsung dari generasi ke gengerasi tanpa ada perkembangan pendidikan yang terformat atau tersusun,seperti sistem pendidikan pada universitas. Akhirya kemudian di negara-negara kaya mengembangkan program terformat atau tersusun seperti sistem pendidikan di pergurruan tinggi,meskipun sebagia model magang juga masih digunakan sebagian.

B.     Peristilahan
Kebidanan (obstetri)berasal dari kata obsto(latin) ,yang bila ditulis obstetri  memiliki arti mendampingi. Dalam bahasa Prancis ditulis obstetricus,dalam bahasa Belanda ditulis obstetrie dalam bahasa  Inggris ditulis obstetrics.

C.     Cara-Cara  Persalinan Lama
1.      Ketika bersalin disuruh jongkok
2.      Ketika bbersalin duduk di tengah lapangan kemudian ditakut-takuti sehingga terjadi suatu ketegangan otototot karena terkejut dan takut,sehingga karena mekanisme ini bayi lahir.
3.      Ketika bersalin berdiri kemudian pinggang diuruut-urut atau diperasa oleh dukun sehingga bayi lahir.
4.      Ada pula ibu yang hendak bersalin disuruh duduk,kemudian punggungnya ditekan nerlama-lama sampai bayi lahir.
5.       Lain kagi dengan cara mengasingkan dari masyarakat,hanya ditemani oleh dukun bayi.
6.      Bahkan ada yang dilakukan dengan mngikat bergantung di atas pohon,kemudian bayi ditarik oleh beberapa orang.

D.    Pelopor-Pelopor dalam Perkembangan Kebidanan
1.      Hyppocrates ( 460-370 SM)
Hyppocrates yang berkebangsaan Yunani, dikenal dengan Bapak Pengobatan,tidak lain karena jasa-jasanya dalam bidang keperawatan,kedokteran dan pengobatan. Dalam bidang kebidanan Hyppocrates menganjurkan agar wanita yang sedang melahirkan harus ditolong berdasarkan perikemanusiaan dengan cara meringankan beban ibu yang sedang bersalin itu.


2.      William Shippman(1736-1808)
Dokter berkebangsaan Amerika ini mendirikan kursus kebidanan dan rumah sakit bersalin,pada tahun 1762. Kemudian pada tahun 1810 bersama Dokter Thomas Chaalkley mempromosikan partus buatan pada bayi premature pada ibi yang pinggulnya sempit.

3.      Dokter Samuel Bard ( 1742 – 1821 )
Dokter Samuel Bar, yang berkebangsaan Amerka Serikat banyak menulis buku-buku kebidanan di antaranya:
a.       Cara pengukuran Konyugata Diagonalis
b.      Kelainan-kelainan pinggul
c.       Melarang pemeriksaan dalam apabila tidak ada indikasi
d.      Membagi persalinan dalam empat kala
e.       Menasihatkan jangan menarik tali pusat untuk menegah terjadinya invrio uteri
f.       Menganjurkan bahwa letak muka dapat lahir spontan
g.      Melarang pemakain uman berulang-ulang karena benyak menimbulkan kerugian.

4.      Dr.Walrter Channing( 1786-1876)
Channing memperoleh gelar dokter pertama kali dari Universitas Edinburgh. Ia adalah profesor kebidanan dan hukum kedokteran  pertama yang diperoleh dari Universitas Harvard. Ia adalah salah satu dari dokter yang pertama kali menggunakan anesthesia kepada ibu melahirkan itu,diberi judul”Treatise on Etherization in Child Birth, illustrated by 581cases”, tahun 1849.
Ia jugalah yang pertaa kali memperlihatkan kondisi nifas dari ibu melahirkan.

5.      Dr.Boudeloque (1745-1810)
Ia adalah ahli kebidanan yang mempelajari dan meneliti tentang panggul dan ukurannya. Ia menerbitkan buku pada tahun 1824,yakni panggul sebagai basis dalam kebidanan,persalinan dapat dilakukan dengan cara sikap dorsol recumbent,ketentuan pemasangan forep kepala jangan lebih dari 6 jam di dasar panggul.

6.      Hugh L.Hodge,M.D. (1796-1873)
Nama lengkapnya Hugh lenox Dodge. Ia adalah doketer berkebagsaan Amerika,dilahirkan di Philadelphia ,pada tanggal 27 Juni 1796,memperoleh gelar dokter dari Universitas Pennslvania.
Ia  mempelajari letak belakang kepala,mekanisme latak sungsang, pemasangan forcep harus di samping kepala anak kecuali jika kepala masih tinggi, membagi turunnya kepala dengan bidang-bidang dasar panggul. Selain itu ia menulis buku yang terkenal pada ahun 1866,yakni “The Principle and Practece of Obstetrics”di Amerika dan luar Amerika, diterbitkan oleh Thomas Sinclair sari Philadelphia.

7.      Francois Mauriceau ( 1637 – Oktober,17,1709)
Ia adalah ahli kebidanan( obstetrician) berkebangsaan Prancis  abad 17 yang terkenal di Eropa. Pertama kali bukunnya yang terbit adalah  Traite des Malaides femmes Grosses et Accouchees”, adalah satu buka yang membangun obstetrics( ilmu kebidanan) sebagai suatu ilmu,yang kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia. Ia juga terkenal dalam mengembangkan metode kuno di dalam membantu kelahiran sungsang. Ia memberikan gambaran mengenai kehamilan tuba,dan bersama dengan bidan Jerman ,Justine siegmundin (1650-1705)  mendapat penghargaan karena mengenalkan praktik puksi(punctio) kantong selaput ketuban ( amnion). Guna menahan perdarahan di placenta previa,yakni plasenta yang tumbuh pada segmen rahim,yaitu pada daerah dilatasi,sehingga menutupi ostium internum servisis uteri,gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa rasa nyeri pada h=kehamilan trimester terakhir ,khususnya selama bulan kedelapan.
Pada awal abad ke 18,seorang ahli kebidnan Inggris Hugh Chhambeerlen menncoba menjual forceps “rahasia “ khusus obstetrics kepada mauriceau. Mauriceau menjadibbenci muak kepada Chambeerlen yang menuduhnya bahwa keluarga Chambeerlen biasa menipu.

8.      Ignaz Philipp Semmelweis ( 1 Juli  1818- 13 Agustus 1865)
Ia adalah dokter dari Hungaria yang mendapat julukan “saviors of mother” artinya penyalamatan kaum ibu. Hal itu karena dalam penelitiannya ia menemukan cara menyalamatkan ibu – ibu yang megalami demam saat masa nifas,karena infeksi,(sepsis puerperium) dapat diatasi secara cepat dengan teknik cuci tangan yang akurat berdasarkan standar kedokteran di dalam  klinik kebidanan.
Ia pada tahun 1847 mengenalkan teknik cuci tangan menggunakan cairan  kapur klor atau kapur terklorinasi ( lime chlorinate solutions = kaporit) ,kepada mahasiswa kedokteran residen yang sudah praktik autopsy. Teknik cuci tangan seperti ini dalam praktiknya saat itu dapat segera megurangi demam nifas yang vatal dari10% sampai dengan 1-2%. Dasar teori ini kelak menjadi dasar dari penelitian Louis Pasteur yang mengembangkan teori penyebab penyakit karena mikroorganisme patoge. Semmelweis kemudian dipandang sebagai pelopor prosedur antiseptis.

9.      Daunce dari Bordeaux
Pada tahun 1857 ia memperkenalkan penggunaan incubator dalam perawatan bayi premature. Setelah abad 20 dikembangkanlah post nayal care dengan abulasi dini, roming in mulai dipraktikkan ,monitoring antepartum dan intrapartum yang tepat dengan penggunaan ultrasonografi.

E.     Sejarah Perkembangan pelayanan dan Pendidikan Keidanan di Indonesia
Batasan:pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meninngkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak.


Layanan kebidanan oleh bidan meliputi:
a.       Layanan kebidanan primer,yakni layanan kebidanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab bidan.
b.      Layanan kolaborasi,yakni layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara bersama – sama dengan profesilain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
c.       Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan oleh bidan kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten atau pengambil alihan tanggung jawab layanan / menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda ,angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun bayi yang tidak terlatih secara medis. Pada tahun 1807 yakni pada zaman pemerintahan Gubernur Jendral Hendrik William Deandels,ppara dukunbayi dilatih untuk pertolongan persalinan,akan tetapi hal ini tidak dapat berlanjut karena tidak ada pelatih bidan.
Pada saat itu,pendidikan yang diberikan kepada dukunbayi enderung berorientasi pada kesehatan masyarakat,seperrti halnya promosi kesehatan yang diberikan oleh bidan desa pada dukun bayi ,yakni lebih banyak kecenderungan ilmu kesehata masyarakat dari pada pelayanan individu mengenai teknik pelyanan persalinan yang sehat. Tentu saja hal ini akan berbeda bila diberikan pendidikan yangberorientasi pada individu seperrti yang dilakukan oleh bidan ruah sakit yang memberikan pelayanan poliklinik ,antenatal,gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana ,senam hamil ,pendidikan kebidanan,runag nifas dan perinatal.
Perkembangan ppelayanan kebidanan berkembang pesat daari tahun ke tahun  sedemikian rupa sehingga sampai pada suatu titik tolak baru,sejak adanya konnferensi kependudukan dunia di Kairo pada tahun 1994. Pada konverensi itu diputuskan adanya penekanan pada reproductive health yang oleh karenanya memperluas area garapan pelayanan bidan.
a.       Safe motherhood,termasuk abyi bbarru lahir dan perawatan abortus
b.      Family planning
c.       Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran reproduksi.
d.      Kesehatan reproduksi remaja
e.       Kesehatan reproduksi pada orang tua.
Dalam melaksanakan fungsi dan perannya,bidan harus didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan.kewenangan tersebut diatur melalui peraturan mentri kesehatan yang menyangkut wewenng bidan. Sedangkan wewenag bidan tersebut selalu menglami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam menigkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pemenkes tersebut secara urut sebagai berikut.
a.       Permenkes  No.5380/1/1963,wewenang bidan terbbatas pada pertolongn pesalinan normal secara mandiri,didampingi tugas lain.
b.      Permenkes No.363/IX/1980,yanng kemudia diubah menjadi Permenkes 623/1989,dalam hal ini wewenang bidan dibagi menjadi dua yakni wewenang umum dan wewenang khusus ,yang ditetapkan bila bidan melaksanankan tindakan khusus di bawah pebgawasan dokter pelaksanaan dari Permenkes ini,yakni bahwa bidan dalam pelaksanaan praktik perorangan di bawah pengawasan dokter.
c.       Permenkes No.572/VI/1996, di sini wewenang mengatur tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan dalam melaksanankan praktiknya diberi kewenangan yang bersifat mandiri. Kewengan tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup  pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibbu dan anak ,yakni:
a)      Pelayanan kelurga berencana
b)      Pelayanan  kesehatan masyarakat.
d.      Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan revisi dari Permenkes No.572?VI/1996.
Di dalam melaksanakan tugasnya,bidan harus melakukan kolaborasi,konsultasi dan merujuk,sesuai dengan kondisi pasien,kewenangan dan kemampuannya.
Di dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang melakukan pelayanan kebidanan yang bertujuan untuk menyelamatkann jiwa pasien. Di dalam atran tersebut juga ditegaskan bahwa bidan di dalam melaksanakan praktik harus sesuai dengan kewenangan,kemampuan,pendidikan,pengalaman serta berdasarkan standar profesi.
Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Kepmenkes No.900/2002 tidaklah mudah. Karena kewenangan yang diberkan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan atau kemampuan bidan sebagai tenaga profesioal dan mndiri.

F.     Perkembangan Pendidikan Kebidanan
Perkembangan pendidikan kebidanan berjalan seiring dan selalu berhibungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Dalam perkembangannya, selalu mengikuti tuntutan atau kebutuhan  masyarkat di satu sisi,di sisi lain pun mengikuti sistem manajemen modern serta peralatan yang makin modern pula. Dalam hal ini pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal dan nonformal.
Pendidikan kebidnan uuntuk para bidan dimulai sejak zaman Hindia Belanda. Pada tahun 1851 ,seorang dokter militer Belanda yakni W.Bosch membuka pendidikan bidann bagi wania pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung lama disebebkan karena pembatasan bagi wanita untuk keluar rumah. Hal ini berkaitan dengan sistem adat dan budaya saat itu.
Pada tahun 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di Rumah Sakit Militer Batavia. Pada tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita indo dibuka pula di  Makasar. Lulusan dari pendidikan ini harus bersedia untuk di tempatkan di mana saja dan bersedia menolong  masyarkat yang tidak mampu dengna Cuma-Cuma. Llulusan ini mendapa tunjangan dapri oemerintah kurang lebih 15,35 Gulden/bulan. Kemudian pada tahun 1922 tunjangan tersebut dinaikkan menjadi  49 Gulden .bulan.
Antar tahun 1922-1912 dinulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di  CBZ( Centrale Burgelikje Ziekeninrichting) sekarrnag RSUP Ciptomangunkusumo di RSUP Semarang  pada waktu itu. Calon yang diterima adalah dari HIS ( Hollandsche Indische School( setingkat SD 7 athun) dengan pndidikan keperrawatan 4 tahun. Pada awwalnya hanya dapat menerima siswa pria. Pada tahun 1914 diterima siswa wanita pertama kali. Bagi perawat wanita yang lulus dapat meneruskan pendidikan kebidanan selama dua tahun pula.
Pada tahun 1935 – 1938 pemerintah Koloial Belanda mulai medidik bidan lulusan MULO( Meer Uitgebreid Larger Onderwijs) setingkat SLTP bagian B dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar antara lain: Jakarta di Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan. RSB palang Dua dan RSB Mardi Waaluyo di Semarang. Di tahun yang sama dikeluarkan sebuah peraturan yang membedakan lulusan bidan berdasarkan latar belakang pendidikan. Bidan dengan dasar pendidikan  MULO  dan pendidikan bidan selama 3 tahun tersebut, bidan kelas satu( vreodrouweerste Klas) dan bidan dari lulusan perawat ( mantri) desebut bidan kelas dua (Vreuodrowtweede klas). Perbedaan ini menyangkuut keuntungan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan. Pada zaman penjajahan Jepang,pemerintah mendirikan sekolah perawat atau sekolah bidan dengan nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki persyaratan yang sama dengan zaman penjajahan Belanda. Peserta didik kurang berminatt memasuki sekolah tersebut dan mereka menndaftar karena terpaksa karena tidak ada pendidikan lain.
Pada tahun 1905- 1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk menolong persalinan cukup banyak,maka dibuka pendidikan pemmbantu bidan yang disebut penjenjeng kesehatan E atau pembsntu bidan. Pendidikanitu dilanjutkan sampai tahun 1976 dann setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E sebagian besar melanjutkan pedidikan bidan selama dua tahun.
Tahun 1953 sibuka kursus tambahan bidan(KTB) di Yogyakarta,lamanya kursus antara 7- 12 minggu. Pada tahun 1960 KTB dipindahkanke Jakarta. Tujuan dari KTB ini adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan mengenai perkembangan progran KIA dalam pelayanan kesehatan masyarakat ,sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai bidan terutama menjadi bidan di BKIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup.
Pada tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan seacar bersama- sama denganguru perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya pendidika ini berlangsung satu tahun ,kemudian menjadi 2 tahun dan terakhir berkembang  menjadi 3 tahun. Pada tahun 1972 institusi pendidikan dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat ( SGP). Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah bidan.
Pada tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan yang menerrima lulusan dari Sekolah Pengatur Rawat( SPR) ditambah 2 tahun pendidikan bidan yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan ( SPLJK). Pendidikan ini tidak dilaksanankan secara merata di seluruh provinsi.
Pada tahun 1974 mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak( 24 kategori), departemen kesehatan melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan non sarjana. Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan ( SPK) dengan tujuan adanya tenaga multi purpose di lapangan di mana salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Namun karena adanya perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang behubungan dengan kemampuan seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak tercapai atau terbukti tidak berhasil.
Pada tahun 1975 institusi pendidik bidan ditutup.sehingga selama 10 tahun tidak menghsilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan ( IBI) tetap ada dan bergerak sebagaimana seharusnya mengkoordinir  aktivitas para bidan.
Tahun 1981 untuk meninhkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK)  dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan , dibuka pendidikan Diploma 1 Kesehatan Ibu dan Anak. Pendidikan ini hanya berlangsung satu tahun dan tidak dilakukan oleh semua institusi.
Pada tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidab yang disebut PPB yang menerima lulusan SPR dan SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai  Program Pendidikan Bidan A (PPB/A). Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya ditempatkan di desa-desa. Untuk itu pemerintah menempatkan  seoarang bidan di tiap desa sebagai pegawai tidak tetap ( bidan PTT) dengan kerja selama 3 tahun dengan pemerintah yang kemudian dapat diperpanjang 2 x 3 tahun lagi.
Penempatan bidan PTT ini menyebabkan orientasi sebagai tenaga kesehatan berubah. Mereka harus dipersiapkan sebaik-baiknya tidak hanya kemampuan klinik sebagai  bidan tetapi juga untuk berkomunikasi, konseling,dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat desa untuk meningkatkan taraf kesehatan ibu dan anak. Program pendidikan  bidan ( A) diselenggarakan dengan peserta didik cukup besar. Diharapkan pad tahun 1996 sebagian besar desa sudah memiliki minimal seorang bidan. Lulusan pendidikan ini kenyataannya juga tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan seperti yang diharapkan  sebagai seorang bidan profesional, karena lama pendidikan yang terlalu singkat dan jumlah peserta didik terlalu besar dalam kurun waktu satu tahun akademi,sehingga kesempatan peserta didik untuk praktik klinik sangat kurang,sehingga tingkat kemampuan yang dimiliki sebagai seorang bdan juga kurang.
Pada tahun 1993 dibuka program pendidikan bidan program B yang peserta didiknya dari  lulusan akademi perawat( AKPER) dengan lama pendidikan satu tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada program pendidikan bidan A. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kemampuan  klinik kebidanan dari lulusan ini tidak menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena lama pendidikan yang terlalu singkat yaitu hanya setahun. Pendidikan ini hanya berlangsung dua angkatan ( 1995 dan 1996) kemudian ditutup.
Pada tahun 1993 juga dibuka pendidikan bidan program C ( PBB C ),yang  menerima masukan dari lulusan SMP. Pendidikan di 11 provinsi yaitu : : Aceh,Bengkulu,Lampung,Riau,Kalimantan Barat,Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan ,Nusa Tenggara Timur,Maluku,dan Irian Jaya. Pendidikan ini memerlikan kurikulum 3700 jam dan dapat diselesaikan dalam waktu 6 semester.
Selain itu , antara tahun 1994-1995 pemerintah juga menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan Jarak Jauh di tiga provinsi yaitu Jawa Barat ,Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kebijakan ini untuk memperluas cakupan peningkatan mutu tenaga kesehatan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pangaturan penylenggaraan ini telah diatur dalam SK Menkes No.1247/SK/XII/1994.
Diklat Jarak Jauh( DJJ)bidan adalah DJJ kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan,sikap,dan keterampilan, bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKB. DJJ bidan dilaksanakan dengan menggunakan model sebanyak 22 buah.
Pendiikan ini dikoordinasikan oleh Pusdiklat Depkes dan dilaksanakan oleh  Bapelkes di provinsi. DJJ Tahap 1 ( 1995-1996) dilaksanakan di 15 provinsi, pada tahap II ( 1996-1997) dilaksanakan di 16 provinsi,dan pada tahap III ( 1997-1998) dilaksanakan di 26 provinsi. Secara kumulatif pada rahap I – III telah diikuti oleh 6.306 orang bidan. Dari jumlah tersebut sejumlah 3.439( 55 %) dinyatakan lulus. Pada tahap IV ( 1998- 1999 ) DJJ dilaksanakan di 26 provinsi dengan jumlah tiap provinsinya adalah 60 orang,kcuali provinsi ,Maluku 40 orang dan provinsi Jambi 50 orang. Dari 1490 peserta belum diketahui berapa jumlah yang lulus karena laporan belum masuk saat buku ini ditulis. Selain pelatihan DJJ tersebut pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawat daruratan meternal dan neonatal ( LSS= life saving skill ) dengan meteri pembelajaran berbentuk 10 modul. Koordinatornya adalah Direkotorat Kesehartan Keluarga Ditjen Binkesmas.
Mengenai pelaksanaannya diserahkan kepada Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten. Kemudian dari hasil evaluasi ternyata ,penyelanggaraan  ini dinilai tidak efektif ditinjau dari proses.
Pada tahun 1996, IBI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan Amerika College of Nurse Midwife  ( ACNM ) dan Rumah Sakit  swasta,mengadakan Training of Trainer ( TOT ) kepada anggota IBI sebanyak 8 orang untuk LSS, yang kemudian menjadi tim pelatih LSS inti di PP-IBI. Tim pelatih LSS ini mengadakan TOT dan pelatihan baik untuk bidan di dea maupun bidan praktik swasta. Pelatihan praktik dilaksanakan di 14 provinsi dan selanjutnya melatih bidan praktik swasta secara swadaya , brgitu juga guru/dosen dari D3 Kebidanan.
Tahun 1995-1998, IBI bekerja sama langsung dengan mother care melakukan pelatihan dan  peer review bagi bidan rumah sakit,bidan  puskesmas dan bidan di desa , di provinsi Kalimantan Selatan.
Pada tahun 2000 telah ada pelatih persalinan normal yang dikoordinasiikan oleh maternal national health  yang sampai saat ini telah melatih APN di beberapa provinsi/kabupaten. Pelatihan LSS dan APN tidak hanya untuk pelatihan pelayanan tetapi juga guru,dosen-dosen dari akademi kebidanan.
Selain melalui pendidikan formal dan pelatihan , untuk meningkatkan kualitas pelayanan juga diadakanseminar dan Lokakarya organisasi. Lokakarya organisasi dengan materi pengembangan organisasi dilaksanankan setiap tahun sebanyak 2 kali mulai tahun 1996 sampai 2000 dengan biaya dari UNICEF.

G.    Sejarah Perkembangan Pendidikan dan Pelayanan Pendidikan Kebidanan Internasional
1.      Amerika
Di Amerika , para bidan bidan berperan seperti dokter berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik,standar-standar atau peraturan sampai pada awal abad ke 20.
Kebidanan, sementara itu dianggap menjadi tidak diketahui dalam sebgian besar yuridiksi dengan istilah “nenek tua” kebidanan akhirnya padam,profesi bidan hampir mati.
Sekitar tahun 1700,para ahli sejarah memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95 %. Salah satu alasan kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk menghilangkan praktik sihir yang masih ada pada saat itu. Dokter memegang kendali dan banyak memberikan obat – obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual. Hal ini  menyababkan wanita yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut terhadap kematian.
Walaupun statistik terperinci tidak menunjukkan bahwa pasien-pasien bidan mungkin tidak sebanyak pasien dokter untuk kematian demam nifas atau infeksi puerperalis,sebagian besar penting karena kesakitan materanal dan kematian saa itu.
Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke 18. Banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dan menerapkan metode obstetrik. Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan,sehingga bidan tidak mempunyai pendukung ,uang tidak terorganisir dan tidak dianggap profesional.
Pada pertengahan abad antara  tahun 1770 dan 1820,para wanita golongan atas kota-kota di Amerika,mulai meminta bantuan para bidan pria atau para dokter. Sejak awal 1990 setengah persalinan di AS ditangani oleh dokter. Biodan hanya melayani persalinan wanita yang tidak mampu membayar dokter. Dengan berubahnya kondisi kehidapan di kota,persepsi-persepsi baru para wanita dan kemajian dan ilmu kedokteran,kelahiran menjadi semakin meningkat dipandang sebagai satu masalah medis sehingga dikelola oleh dokter.
Tahun 1915 dokter Joseph de Lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologisdan bidan tidak mempunyai peran di dalamnya ,dan diberlakukannya prosedur tetap pertolongan persalinan di AS yaitu memberikan sedatif pada awal inpartu ,memberikan servix berdiltasi memberikan ether pada kala II ,melakukan episiotomi. Akibat protab tersebut kematian ibu mencapai angka 600-700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-50 % wanita melahirkan di rumah sakit. Dr.Grantly Dieke meluncurkan buku tentang persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialis obstetriks berusaha meningkatkan peran tenaga  di luar medis, termasuk bidan.
Pada waktu yang sama karena pelatihan para medis yang terbatas bagi para pria,wanita kehilangan posisinya  sebagai pembantu pada persalinan,dan suati peristiwa yang dilaksanankan secara tradisional oleh suatu komunitas wanita menjadi sebuah pengalaman utama oleh seorang wanita dan dokternya.
Tahun 1955 American College of Nurse-Midwives( ACNM) dibuka. Pada tahun 1971 eorang bidan di Tennesse mulai menolong persalinan secara mandiri di institusi kesehatan. Pada tahun 1979 badan pengawasan obat Amerika mengatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi dan dalam dosis tinggi telah melahirkan anak-anak yang mengalami kemunduran perkembangan psikomotor. Pernyataan ini membuat masyarakat tertarik pada proses persalinan alamiah ,persalinan bidan dan  membantu peran bidan. Pada era 1980-an ACNM membuat pedoman alternatif lain dalam home birth. Pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang praktik proifesional bidan,sehingga membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan praktik yang spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur profesi terebut.
Pada tahun 1982 MANA ( midwife alliance of north amerika ) dibentuk untuk meningkatkan komunikasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai dasar kompetensi untuk melindungi bidan. Di beberapa negara seperti Arizona , bidan mempunyai tugas khusus yaitu melahirkan bayi untuk  perawatan selanjutnya seperti ,merrawat bayi,memberi injeksii bukan lagi tugas bidan,dan hanya melakukan jika diperlukan namun jarang terjadi.
Bidan menangani 1,1% persalinan di tahun 1980 : 5,5 % di tahun 1994 angka setiap sectio caesared mamurun dari 25%(1988) menjadi 21%(1995). Penggunaan forcep menurun dari  5,5 % ( 1989) menjadi 3,8( 1994).
Dunia perbidanan berkembang saat ini sesuai peningkatan permintaan untuk itu profesi kebidanan tidak mempunyai lahan formal,sehingga ada beberapa tingkatan kemampuan ,walaupun begitu mereka berusaha agar mejadi lebih dipercaya,banyak membaca dan pendekatan tradisional dan mengurangi teknik invasif untuk pertolongan seperti penyambuhan tradisional.
Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika saat ini antara lain:
a.       Walaupun ada banyak undang – undang baru, direct entry midwives masih dianggap iilegal di beberapa negara bagian.
b.      Lisensi praktik berbeda tiap negara bagian,tidak ada standar nasioanal sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seorang yang telah terdidik dan memiliku standar kompetensi yang sama. Sedikit sekali data yang akurat tentang direct entry midwives dan jumlah data persalinan yang mereka tangani.
c.       Kritik tajam dari profesi medis kepadadirect entry midwives ditambah dengan isolasi dari sistem pelayanan kesehatan pokok telah mempersulit sebagian besar dari mereka untuk memperoleh dukungan medis yang adekuat bila tejadi keadaan gawat darurat.
Pendidikan kebidanan biasanya berbentuk praktik lapangan,sampai saat ini mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman senagai bidan.
Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan pendidikan selama 4 tahun dan praktik lapangan 2 tahun ,yang mana biaya yang sangat mahal. Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk membentik standar,menyediakan sertifikat dan membuat ujian praktik.
Saat ini AS merupakan negara yang menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia ,tetapi sekaligus merupakan negara industri yang paling buruk dalam hasil perawatan natal di negara-negara lainnya.

2.      Australia
Pendidikan bidan pertama kali di Australia dimulai pada tahun 1862. Lulusan itu dibekali dengan pengetahuan teori dan praktik. Pendidikan diploma kebidanan dimulai tahun 1893 dan sejak tahun 1899 hanya bidan sekaligus perawat yang telah terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit.
Sebagian besar wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh masyarakat. Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi berkembang dengan pesat. Hal ini menyababkan banyak wanita hamil di luar nikah dan jarang meraka memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena pengaruh sosial mereka atau pada komunitas yang terbatas,meskipun demikian di Australia bidan tidak bekerja sebagai perawat. Pendapat bahwa seorang bidan baru reflekmenjadi seorang perawat dan program pendidikan serta praktiknya banyak dibuka di beberapa tempat dan umumnya dibuka atau disediakan oleh non bidan.
Perkembangan kebidanan yang berkaitan dengan higiene dan metode keperawatan , banyak diilhami oleh perjuangan Florence Nightingle( 12 mei 1820-13 agustus 1910). Ia adalah pelopor perawat modern,penulis dan ahli statistik. Ia dikenal sebagai bidadari berlampu ( the lady with the lamp) atas jasanya yang tak kenal lelah dan takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea,Rusia. Ia pelopor konsep kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia menekankan pada pemerhatian teliti terhadap pasien dan penyususnan laporan mendetail menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintah Inggris. Olehkarena itu, perkembangan kebidanan di Australia mengacu pada metoda ini sebagai pendorongnya. Kepeloporan keperawatan dan kebidanan di Australia dimulai dengan tradisi dan letihan-latihan pada abad ke 19. Tahun 1824 kebidanan masih belum dikenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia. Oleh karenanya, kebidanan msih didominasi oleh profesi dokter.

Pendidikan Kebidanan
Kebidanan di Australia telah mengalami perkembangan yang pesat sejak 10 tahun terakhir. Dasar pendidikan telah berubah dari traditional based program menjadi kegiatan yang menyesuaikan kebutuhan pelayanan dari  masyarakat. Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di Australia telah melaksanakan perubahan ini,beberapa masih menggunakan program yang berorientasi pada rumah sakit. Kurikulum pendidikan disusun oleh staf akademik berdasarkan pada keahlian dan pengalaman ,mereka di lapangan kebidanan.
Kekurangan yang dapat dilihat dari pendidikan kebidanan di Australia hampir sama dengan pelaksanaan pendidkan bidan di Indonesia. Belum ada persamaan persepsi mengenai pengimplementasian kurikulum pada masing-masing institusi,sehingga lulusan bida mempunyai kompetensi klinik yang berbeda tergantung pada institusi pendidikannya. Hal ini ditambah dengan kurangnya kebijaksanaan formal dan adanya standar nasional menurut National Review of Nurse Education 1994, tidak ada direct entry.
Pada tahun 1913 sebanyak 30 % persalinan ditong oleh bidan. Meskipun ada peningkatan jumlah dokter yang menangani persalinan antara tahun 1900 sampai 1940,tidak ada penurunan yang berarti pada angka keamtian ibu dan bidanlah yan selalu disalahkan akan hal itu. Kenyataannya wanita jelas menengah ke atas yang ditangani oleh dokter dalam persalinannya mempunyai resiko infeksi lebih besar dari pada wanita miskin yang ditangani oleh bidan.

Masalah profesional
Tugas pertama yang sulit adalah menelitikembali nama bidan itu sendiri,itu tidak sama dengan ketika latihan dalam praktik kebidanan. Bidan sangat penting di pelayanan kesehatan sejak perang dunia II dan proporsi yang besar di rumah saki sebagai  pusat pelayanan kesehatan daerah sekitar rumah sakit tersebut. Peningkatan rumah sakit dan persatuan perawat dan peningkatan ahli kebidanan yang lebih menekankan pada teknologi menyababkan mundurnya kebidanan. Tetapi situasi itu berakhir pada saat Amerika Utara menilai kepemimpinan bidan yang memustuskan bahwa bidan berhak mendapat penghargaan pertama dan penghargaan kedua diberikan kepada keperawatan. Penghargaan itu sangat penting untuk peningkatkan profesi kebidanan.

Pengembangan Profesi Bidan
            Pemerintah menilai adanya peningkatan kebidanan dengan pemberian asuhan yang bermanfaat. Shearman Repart ( NSWI,1989) telah menemukan cara awal untuk mengatur strategi perawatan yang berkesinambungan. Having ababy in Victoria ( depkes victoria,1990) melaporkan sebuah review pelayanan kesehatan di Victoria yang dibutuhkan pada orientasi pelayanan kesehatan pada awal dan keluarga. Maksudnya pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Perawatan efektif pada kelahiran CNH dan MRC, 1996 menyimpulkan bahwa perawatan yang berkesinambungan akan menjadi tujuan perawatan kesehatan ibu.

Masalah Regional
            Negara tetangga Australia yaitu Papua Nugini , Pulau Solomon memiliki angka kematian yang sanga tinggi Rosaline Lapat,seorang pemenang program Maria Gibran pada ICM di Oslo yang sekarang sedang berada di Universitas Teknologi Sidney menunjukkan sebuah video yang digunakan untuk melatih sisten bidan di desa dengan cara ibu berbaeing setelah melahirkan kepala dan bahu,dan melahirkan plasenta dengan menarik tali pusat secara terkendali. Cara ini banyak dikaui oelh negara bagian barat yang mengatakan hal ini tidak hanya bebeda dari biasanya untuk pendidikan bidan di Australia. Mahasiswa kebidanan haris menjadi perawat dahulu sebelum mengikuti pendidikan bidan. Sebab di Australia kebidanan masihmenjadi sub spesialisasi dalam keperawatan( maternal and child health). Di dalamnnya termasuk pendidikan tentang keluarga berencana,kesehatan wanita,perawatan ginekologi,parawatan anak,kesehatan anak dan keluarga,serta kesehatan neonatus dan remaja. Adanya peraturan ini semakin mempersempit perandan ruang kerja bidan.
Literatur yang tersedia bagi mahasiswa kebidanan masih kurang. Kurikulum yang ada dirasakan hanya sesuai untuk mahasiswa pemula atau menengah saja ,sehingga kadang-kadang mahasiswa yang telah terlatih di keperawatan kebidanan diberikan posisi yang sama seperrti pemula atau sebaliknya. Mahasiswa yng sebelumnya telah mendapatkan pendidikan kebidanan di keperawatan akan membawa konsep “sakit”. Transisi dari filosofi “ sakit” ke filosofi “ sehat” dalam kebidanan sedikit banyak menyulitkan mahasiswa.
Beberapa tahun setelah Australia  mengadakan pelatihan kebidanan,datang para pendidik yang membuka universitas yang memiliki cara tersendiri untuk menghasilkan tenaga yang berkualitas. Pada waktu yang sama pemerintah mendukung bidan dalam memperluas peran mereka. Luasnya pengalaman klinik cukup diterima masyarakat di bebrapa tempat terapi juga mengurangi resiko yang akan terjadi. Satu hallagi yang perlu diketehui bahwa persalinan di desa tersebut ibu berbaring di daun pisang yang bersih atau sprei.
 Di negara barat terdapat peratiran di mana wanita melahirkan tidak boleh ditemani oleh keluarganya ,tetapi ada beberapa negara yang menganggap peraturan ini tidak efektif dan mengatakan bahwa ibu bersalin perlu ditemani oleh suami atau anggota keluarganya.

Penerapan Penelitian Ke Dalam Praktik
Akhir dari masalah bidan di kawasan ini adalah  penerapan penelitian ke dalam praktik ,misalnya pada video yang digunakan di Paoua Nugini yang berisi anjuran kepada bidan untuk meninggalkan tradisi merek dan memandang pada fakta-fakta yang ada.

3.      Selandia Baru
Selandia baru telah memiliki peraturan perundang-undangan tentang cara kerja kebidanan sejak tahun 1904,tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu,lengkup praktik bidan telah berubah secara berarti sebagai hasil dari meningkatnya sistem perumahsakitan dan pengobatan atau pertolongan dalam kelahiran. Karena adanya otonomi bagi pekerja yang bergerrak dalam praktiknya dengan lingkup prakik yan penuh di awal 1900,secara perlahan bidan menjadi asisten dokter. Bidan bekerja di masyarakat dimulai dengan bekerja di rumah sakit dalam area tertentu seperti klinik antenatal,ruang bersalin dan ruang nifas,kehamila dan persalinan menjadi terpisah menjadi khusus dan tersendiri secara keseluruhan. Dalam proses ini bidan kehilangan pandangan bahwa persalinan adalah suatu yang normal dan dengan peran mereka sendiripun sebagai pendamping pada peristiwa normal tersebut. Di samping itu bidan menjadi berpengalaman memberikan intevensi dan asuhan maternitas yang penuh dangan pengaruh medis , di mana seharusnya para dokter san rumahsakit secara langsung yang lebih cepat untuk memberikannya.
Model di atas ditujukan untuk memberikan pelayanan pada meternal dan untuk mengurangi angka kematian dan kesalitan ibu dan janin. Hal ini berlangsung pada tahun 1920 sampai dengan tahun 1980 di mana yang memberlakukan model tersebut adalah negara-negara barat seperti selandia baru,Australia,Inggris,dan Amerika. Tetapi strategi sperti itu tidak mencapai kesuksesan.
Di Selandia Baru,para wanitalah yang melawan model asuh persalina tersebut dan menginginkan kembalinya bidan tradisional yaitu seorang yang berpengalaman dari mulainya kehamilan sampai dengan enam minggu setelah mengenal dan menumbuhkan rasa saling percaya di antara keduanya. Dasar dari model patnership adalah komunikasi dan negosiasi.
Di Selaindia Baru,bidan harus dapat membangun hubungan patnership dengan wanita yang menjadi kliennya, di samping bidan harus mempunyai kemampuan yang profesional.

4.      Ontorio,Kanada
Ontario adalah provinsi pertama di Kanada yang menerbitkan peraturan tenntanf kebidanan setelah sejarah panjang tentang kebidana yang ilegal dan berakibat meninkatnya praktik bidan yang tidak berijin. Seperti Selandia Baru,waniyalah yang menginginkan peeubahan,mereka membuat pilihan asuhan dan keputusan yang sesuai dengan pengalaman untuk dijadikan model kebidanan terbaru.
Model kebidananyang dipakai di Ontario berdasarkan pada definisi ICM tentang bidan yaitu seorang tenaga yang mempunyai otonomi praktik terbatas pada persalinan normal. Sasaran dari praktik kebidanan adalah masayarakat. Bidan memiliki akses kepada rumah sakit maternitas dan wanita mempunyai pilihan atas persalinan di rumah atau di rumah sakit.
Ontario tidak  mengatur konsep patnership sebagai pusat praktik kebidanan walaupun terbagi atas dua model. Untuk contoh di Selandia bbaru dan Ontario Kanada sama-sama menerapkan model patnership dalam asuhan kebidanan. Beberapa aspek di dalamnya anatara lain hubungan antar wanita ,asuhan berkesinambungan ,kebebasan memilih dan  menyetujui ,otonomi praktik kebidana terfokus pada kehamilan dan persalinan normal.
Dalam membangun dunia profesi kebodananyang baru di Selandia Baru dan Kanada membuat sistem baruu dalam mempersiapkan didan – bidan untiuk registrasi. Keduanya memulai dengan suatu keputusan bahwa bidanlah yang dibutuhkan dalam pelayanan maternitas dan menetapkan ruang lingkup praktik kebidanan. Ruang lingkup praktik kebidanan di kedua negara itu tidak kelur jalur yang ditetapkan oleh ICM yaitu bidan bekerja dengan otonomi penuh dalam lengkup persalinan normal atau pelayanan maternitas primer. Bidan bekerrja dan berkonsultasi dengan ahli obstetrik bila terjadi komplikasi  dan ibu serta bbayi memerlukan bantuan dan pelayanan matenaitas skunder. Bidan di kedua negara tersebut memiliki akses fasilitas rumah sakit tanpa harus bekerja di rumah sakit.
Selandia Baru dan Kanada menerapkan direct entry . sebelumnya di Selandia baru ada perawat kebidanan di mana perawat dapat menambah pendidikannya agar menjadi seorang bidan ,sedaangkan di Kanada tidak ada. Bagaimanapun kedua negara tersebut yakin bahwa untuk mempersiapkan bidan yang dapat bekerja secara otonom dan dapat memberi dukunagan pada wanita agar menentukan sendiri persalinannya. Penting untuk mendidik wanita yang sebelumnya belum pernah  berkecimpung dalam sistem kesehatan menempuh program pendidikan kebidanan ,tetapi program direct entry lebih diutamakan. Perawat yang ingin menjadi bidan sepenuhnya  harus melewati program kebidanan  dahulu, walaupun mereka harus memenuhi bebeapa aspek program.kedua negara tersebut menggunakan dua model pendidikan yaitu pembelajaran teori  dan magang. Pembelajaran teorii di kelas difokuskan pada teori dasar yang akan melahirkan bidan-bidan yang dapat mengartikulasikan filosofinyas sendiri dalam praktik,memanfaatkan penelitian dalam praktik mereka dan berfikir kritis tentang praktik. Dilengakapi dengan belajar magang di mana mahasiswa bekerja didampingi pembimbing dan dengan pengawasan bidan ayng berpraktik dalam waktu yang cukup lama. Tidak seperti model magang tradisional di mana mahasiswa bekerja dengan lebih dari seorang bidan dengan berbagai macam model praktik. Mahasiswa tidak hanya mempelajari hal yang positif tetapi juga harus mengetahui hal yang negatif untuk itu dilakukan di masa mendatang. Satu mahasiswa akan bekerja dengan satu bidan sehinggga mereka tidak dikacaukan dengan bermacam-macam model praktik dan ini dalamjangka waktu yang lama. Bidan tersebut memberi role model yang penting untuk proses pembelajaran. Mahasiswa bidan juga akan belakar tentang model patnership. Model ini terdiri atas hubungan antara wanita dengan mahasiswa bidan,mahasiswa bidan dengan bidan,mahasiswa bidan dengan guru bidan,guru bidan dengan bidan hubungan antara program kerja dengan profesi kebidanan serta perogram kebidanan dengan wanita.
Dari sini dapat kita lihat bahwa model pendidikan kebidanan yang digunakan oleh Selandia Baru dan Kanada sering terkait satuu sama lain sebagai bagian dari pelayanan maternitas. Setipa bagian dari lingkaran tersebut mewakili berbagai macam patnership yang saling berintegrasi. Patbership ini menjjaga agar program pendidikan tetap pada tujuan utamanya,yaitu mencetak bidan – bidan yang dapat bekerja scara mendiri sebagai pemberi asuhan maternitas primer. Selandia Baru dan Kanada telah sukses dalam menghidupkan kembali status bidan dan status wanita. Kesesuaian antara pendidikan bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan adalah bagian terpenting dari sukses tersebut.


Kelompok
maternity

bidan

Profesi
kebidanan

Guru bidan

wanita

Siswa
bidan

Patnership dalam pendidikan kebidanan










5.      Belanda
Perkembangan Kebidanan di Belanda
Seiring dengan meningkatnya perhatian Belanda terhadap kelahiran dan kematian,pemerintah mengambil tindakan terhadapmasalah tersebut. Wanita berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah atau di rumah sakit,hidup atau mati. Belanda memiliki angka kelahiran yang sangat tinggi sedangkan  kematian prenatal relatif rendah. Satu dari tiga persalinan di rumah dan ditolong oleh bidan dan perawat dedang yang lain di rumah sakit,tetapi juga ditolong oleh bidan. Dalam kenyataannya ketiga keahiran tersebut.
Prof.Greerit Van Kloosterman pada konferensinya di Toronto tahun 1984 menyatakan bahwa setiap kehamilan adalah normal dan harus selalu dipantau dan mereka bebasa memilih untuk tinggal di rumah atau di rumah sakit di mana bidan yang sama akan memantau kehamilannya. Yang utama dan penting adalah  kebidanan di Belanda melihat suatu pebedaan yang nyata antara kebidanan keperawatan. Astrid Limburg mengatakan : seorang perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan yang baik karena perawat dididik untuk merawat seorang yang sakit,sedangkan bidan untuk kesehatan wanita. Tiak berbeda dengan ucapan Maria De Broer yang mengatakan bahwa kebidanan tidak memiliki hubungan dengan keperawatan. Kebidanan adalah profesi yang mandir. Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni sebagaimana memberi anastesi dan sedatif pada pasien barulah kita harus mengadakan pendekatan dan memberi dorongan pada ibu pada saat persalinan. Jadi pada praktiknya bidan harus memandang ibu secara kesaeluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri.
Pada kasusu resiko rendah dokter tidak menangani mulai dari prenatal,natal,dan post natal. Pada resiko menengah mereka selalu memberikan job tersebut pada bidan, dan pada kasus rresiko tinggi dokter dan bidan saling bekerja sama.
Bidan di Belanda 75 % bekerja secara mandiri karena kebidanan adalah prrofesi yang mandiri dan aktif. Sehubungan dengan hal tersebut bidan harus menjadi role model di masyarakat dan hrus menganggap kehamilan adalah suatu yang normal sehingga apabila seorang wanita merasa dirinya hamil, dia dapat langsung memeriksakan diri ke bidan.

Pendidikan Kebidanan di Belanda
            Pendidikan kebidanan di Belanda terpisah dari pendidikan keperawatan dan berkembang menjadi profesi yang berbeda. Di Belanda ada tiga institusi kebidanan dan menerima 66 mahasiswa setiap tahunnya. Hampir setiap tahun 800 calon mahasiswa ( 95 % wanita,4 % pria ) yang mengikuti tes. Syaratuntuk mengikuti tes yaitu usia minimum 19 tahun,telah menamatkan secondary education atau yang sederajat dari jurusan kimia dan biologi. Mahsiswa kebidanan tisak menerima gaji dan tidak membayar biaya pendidikan.
Selama pendidikan ketiga institusi tersebut menekankan bahwa kehamilan,persalinan,dan nifas sebagai profesi fisiologis. Ini diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk praktik di kamar bersalin di mana wanita dengan resiko rendah melahirkan. Persalinan,walaupun di rumah sakit, seperti di rumah,tidak ada dokter yang siap menolong dan tidak ada cardiograph. Mahasiswa akan merujuk keterampilan jebidananyang telah terpelajari. Bila ada masalah, mahasiswa baru akan berkonsultasi pada ahli kebidanan dan seperti di rumah,wanita dikirim ke ruang bersalin patologi. Mahasiswa diwwajibkan mempunyai pengalaman ,inimal 40 persalinan selama pendidikan. Ketika mereka lulus ujian akhir akanmenerima ijazah yang di dalamnya tercantum nilai ujian.
Pelayanan Antenatal
            Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktik ,andiri dari pada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktik dan menyediakan laytanan kepada wanita dengan resiko rendah,meliputi antenatal, intrapartum ,dan post natal tanpa ahli kandungan yang menyertai mereka bekerja di bawah lembaga audit kesehatan. Bidan harus merujuk wanita dengan resiko tinggi atau kasus patologi ke ahli kebidanan untuk dirawat dengan baik.
            Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan,dan untuk meningkatkan kerjasama antara bidan dan ahli kebidanan maka dibentuklah daftar indikasi oleh kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal  di Belanda. Riwayat itu bersisi sebelum dan sesudah pengobatan. Riwayat kebidanan yang akan berguna dalam pelayanan kebidana. Penelitian Woremever menghasilkan data tentang mortalitas dan morbilitas yang menjamin kesimpulan : dengan sistem pelayanan kebidanan yang diterapkan dii Belanda memungkinkan mendapatkan hasil yang memuaskan melalui seleksi waniata. Suksesnya penggunaan daftar indikasi mengapa dasar yang penting mengapa persalinan di rumah disediakan dan menjadi alternatif karena wanita dengan resiko tinggi dapat diidentifikasi dan kemudian dirujuk ke ahli kebidanan.
            Selama kehamilan bidan menjumpai wanita jamil 10- 14 kali di klinik bidan. Sasaran utama praktik bida adalah pelayanan komunitas. Jik tidak ada masalah,wanita diberikan pilihan untuk melahirkan di rumah atau di rumah sakit. Karena pelayanan antenatal yang hati-hati sehingga kelahiran di rumahsama amannya dengan kelahiran di rumah sakit. Tahun 1969 pemeritah Belanda menetapkan bahwa melahirkan di rumah harus dipromosikan sebagai alternatif persalinan. Di Amsterdam 43 % keahiran ( catatan bidan dan ahli kebidanan) terjadi di rumah. Di Hollad diakui bahwa rumah adalah tempat yang aman untuk melahirkan selama semuanya normal.

Pelayanan Intrapartum
            Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan memiliki kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi,untuk luka yang parah dirujuk ke ahli kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin diberikan jika ada indikaasi. Kebanyakan kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik tidak digunakan dalam persalinan.

Pelayanan Postpartum
           

6.      Inggris
Buku trntang praktik kebidanan diterbitkan pada 1902 di Inggris dan dirancang untuk melindungi masyarakat dari praktisi yang tidak mempunyai kualifikasi. Pada saat itu sabegian bedar penolong persalinan buta huruf bekerja sendiri, menerima bayaran untuk pelayanan yang mereka berikan pada wanita meskipun promosi praktik mempunyai kualifikasi meningkat dari 30% pada 1905 menjadi 74 % pada 1915,banyak wanita yang menyukai paraji. Hal ini karana paraji lebih murah ,mengikuti tradisi lokal, dan memberikan dukungan domestik.
Selama tahun 1920 an ,hanya 50-60 % anita ditolong oleh seorang bidan dalam persalinannya,tetapi dalam kegawatdaruratan bidan harus memanggil dokter. Pelayanan dipusatkan pada persalinan dan nifas sedangkan pelayanan antenatal mulai dipromosikan tahun 1935 .
Bidan manddiri terancam oleh klinik likal dan peningkatan persalinan di rumah sakit. Pada tahun 1930 perawat yang juga terdaftar memasuki kebidanan karena dari 1916 mereka dapat mengikuti kursus kilat kebidanan. Hal ini mengakibatkan penurunan status dan kekuatan bidan karena perawat disosilaisasikan untuk menolong keadaan patologis dari pada keadaan fisiologis.
Selama tahun 1980 bidan di Inggris memulai berusaha mendapatkan otonomi yang lebih dan meningkatkan sistem melalui penelitian tentang alternatif pola perawatan. Dengan perawatan alternatif bidan mulai mengembangkan praktik secara mandiri. Selama pertengahan 1980 kira-kira ada 10 bidan praktik secara mandiri di Inggris.
Pada tahin 1990 ada 32 bidan mandiri dan pada 1994 angka perkiraan dari bidan mandiri adalah 100 orang dengan 80 orang di antaranya terdaftar dalam asosiasi bidan mandiri ( independen midwives association).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar