A. Lahirnya
Sejarah Kebidanan
Ketika seorang ibu melahirkan,ia akan mencari dan
mendapatkan bantuan atau pertolongan dari orang lain, untuk melahirkan bayinya.
Pada sautu waktu yang entah kapan pada evolusi budaya atau adat,beberapa wanita
terpanggil menjadi dukun bayi. Demikianlah proffesi kebidanan mulai ada di
dunia. Sepanjang sejarah parra ahli sejarah,kebidanan yang dahulu dikakukan
oleh para dukun bayi, sungguh merupakan suatu peran sosial.
Sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan
keidanan,termasuk sejarah perkembanngan kesehatan dan kedokteran tua. Yakni
sejak adanya wanita itu melahirkan.
Dan kemudian secara adaptasi dan naluri budaya ,ada wanita
lain yang berhati luhur untuk menolong persalinan dengan kecakapan dan
pegetahuan yang dimiliki.
Itulah sebabnya maka istilah bidan yang dalam bahasa Inggris
disebut midwife yang diartikan with women termasuk perannya membantu kelahiran,
dalam arti kelahiran normal,dan bukan
suatu tindakan intervensi seperti halnya dokter ahli kebidanan yang
praktik. Di Prancis bidan disebut sebagai segefeemme atau wanita bijaksana.
Pekerjaan kebidanan berlanjut tanpa banyak perubahan
sepanjang abad,bahkan demikian juga pada zaman abad kegelapan ( jahiliah) dan
abad pertengahan. Dalam praktiknya para bidan menggunakan obbat-obatan alamiah
dari herbal dan sejak berabad-abad, umumnya belajar menggunakan model magang
artinya belajar sambil bekerja. Sebagai orang magang ,yang didapat adalah
keterampilan dan pengetahuan terbgi dan terkumpul dalam dirinya,dan berlangsung
dari generasi ke gengerasi tanpa ada perkembangan pendidikan yang terformat
atau tersusun,seperti sistem pendidikan pada universitas. Akhirya kemudian di
negara-negara kaya mengembangkan program terformat atau tersusun seperti sistem
pendidikan di pergurruan tinggi,meskipun sebagia model magang juga masih
digunakan sebagian.
B. Peristilahan
Kebidanan (obstetri)berasal dari kata obsto(latin) ,yang
bila ditulis obstetri memiliki arti
mendampingi. Dalam bahasa Prancis ditulis obstetricus,dalam bahasa Belanda
ditulis obstetrie dalam bahasa Inggris
ditulis obstetrics.
C.
Cara-Cara Persalinan
Lama
1. Ketika bersalin disuruh jongkok
2. Ketika bbersalin duduk di tengah
lapangan kemudian ditakut-takuti sehingga terjadi suatu ketegangan otot – otot karena terkejut dan
takut,sehingga karena mekanisme ini bayi lahir.
3. Ketika bersalin berdiri kemudian
pinggang diuruut-urut atau diperasa oleh dukun sehingga bayi lahir.
4. Ada pula ibu yang hendak bersalin
disuruh duduk,kemudian punggungnya ditekan nerlama-lama sampai bayi lahir.
5. Lain kagi dengan cara mengasingkan dari
masyarakat,hanya ditemani oleh dukun bayi.
6. Bahkan ada yang dilakukan dengan
mngikat bergantung di atas pohon,kemudian bayi ditarik oleh beberapa orang.
D. Pelopor-Pelopor
dalam Perkembangan Kebidanan
1. Hyppocrates
( 460-370 SM)
Hyppocrates yang berkebangsaan Yunani, dikenal dengan Bapak
Pengobatan,tidak lain karena jasa-jasanya dalam bidang keperawatan,kedokteran
dan pengobatan. Dalam bidang kebidanan Hyppocrates menganjurkan agar wanita
yang sedang melahirkan harus ditolong berdasarkan perikemanusiaan dengan cara
meringankan beban ibu yang sedang bersalin itu.
2. William
Shippman(1736-1808)
Dokter berkebangsaan Amerika ini mendirikan kursus kebidanan
dan rumah sakit bersalin,pada tahun 1762. Kemudian pada tahun 1810 bersama
Dokter Thomas Chaalkley mempromosikan partus buatan pada bayi premature pada
ibi yang pinggulnya sempit.
3. Dokter
Samuel Bard ( 1742 – 1821 )
Dokter Samuel Bar, yang berkebangsaan Amerka Serikat banyak
menulis buku-buku kebidanan di antaranya:
a.
Cara pengukuran Konyugata Diagonalis
b.
Kelainan-kelainan pinggul
c.
Melarang pemeriksaan dalam apabila
tidak ada indikasi
d.
Membagi persalinan dalam empat kala
e.
Menasihatkan jangan menarik tali
pusat untuk menegah terjadinya invrio uteri
f.
Menganjurkan bahwa letak muka dapat
lahir spontan
g.
Melarang pemakain uman
berulang-ulang karena benyak menimbulkan kerugian.
4.
Dr.Walrter Channing( 1786-1876)
Channing memperoleh gelar dokter pertama kali dari
Universitas Edinburgh. Ia adalah profesor kebidanan dan hukum kedokteran pertama yang diperoleh dari Universitas
Harvard. Ia adalah salah satu dari dokter yang pertama kali menggunakan
anesthesia kepada ibu melahirkan itu,diberi judul”Treatise on Etherization in Child Birth, illustrated by 581cases”,
tahun 1849.
Ia jugalah yang pertaa kali memperlihatkan kondisi nifas
dari ibu melahirkan.
5. Dr.Boudeloque
(1745-1810)
Ia adalah ahli kebidanan yang mempelajari dan meneliti
tentang panggul dan ukurannya. Ia menerbitkan buku pada tahun 1824,yakni
panggul sebagai basis dalam kebidanan,persalinan dapat dilakukan dengan cara
sikap dorsol recumbent,ketentuan pemasangan forep kepala jangan lebih dari 6
jam di dasar panggul.
6.
Hugh L.Hodge,M.D. (1796-1873)
Nama lengkapnya Hugh lenox Dodge. Ia adalah doketer
berkebagsaan Amerika,dilahirkan di Philadelphia ,pada tanggal 27 Juni
1796,memperoleh gelar dokter dari Universitas Pennslvania.
Ia mempelajari letak
belakang kepala,mekanisme latak sungsang, pemasangan forcep harus di samping
kepala anak kecuali jika kepala masih tinggi, membagi turunnya kepala dengan
bidang-bidang dasar panggul. Selain itu ia menulis buku yang terkenal pada ahun
1866,yakni “The Principle and Practece of
Obstetrics”di Amerika dan luar Amerika, diterbitkan oleh Thomas Sinclair
sari Philadelphia.
7. Francois
Mauriceau ( 1637 – Oktober,17,1709)
Ia adalah ahli kebidanan( obstetrician) berkebangsaan
Prancis abad 17 yang terkenal di Eropa.
Pertama kali bukunnya yang terbit adalah
“ Traite des Malaides femmes
Grosses et Accouchees”, adalah satu buka yang membangun obstetrics( ilmu
kebidanan) sebagai suatu ilmu,yang kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa di
dunia. Ia juga terkenal dalam mengembangkan metode kuno di dalam membantu
kelahiran sungsang. Ia memberikan gambaran mengenai kehamilan tuba,dan bersama
dengan bidan Jerman ,Justine siegmundin (1650-1705) mendapat penghargaan karena mengenalkan
praktik puksi(punctio) kantong selaput ketuban ( amnion). Guna menahan
perdarahan di placenta previa,yakni plasenta yang tumbuh pada segmen
rahim,yaitu pada daerah dilatasi,sehingga menutupi ostium internum servisis
uteri,gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa rasa nyeri pada
h=kehamilan trimester terakhir ,khususnya selama bulan kedelapan.
Pada awal abad ke 18,seorang ahli kebidnan Inggris Hugh
Chhambeerlen menncoba menjual forceps “rahasia “ khusus obstetrics kepada
mauriceau. Mauriceau menjadibbenci muak kepada Chambeerlen yang menuduhnya
bahwa keluarga Chambeerlen biasa menipu.
8. Ignaz
Philipp Semmelweis ( 1 Juli 1818- 13
Agustus 1865)
Ia adalah dokter dari Hungaria yang mendapat julukan “saviors of mother” artinya penyalamatan
kaum ibu. Hal itu karena dalam penelitiannya ia menemukan cara menyalamatkan
ibu – ibu yang megalami demam saat masa nifas,karena infeksi,(sepsis
puerperium) dapat diatasi secara cepat dengan teknik cuci tangan yang akurat
berdasarkan standar kedokteran di dalam
klinik kebidanan.
Ia pada tahun 1847 mengenalkan teknik cuci tangan
menggunakan cairan kapur klor atau kapur
terklorinasi ( lime chlorinate solutions
= kaporit) ,kepada mahasiswa
kedokteran residen yang sudah praktik autopsy. Teknik cuci tangan seperti ini
dalam praktiknya saat itu dapat segera megurangi demam nifas yang vatal dari10%
sampai dengan 1-2%. Dasar teori ini kelak menjadi dasar dari penelitian Louis
Pasteur yang mengembangkan teori penyebab penyakit karena mikroorganisme
patoge. Semmelweis kemudian dipandang sebagai pelopor prosedur antiseptis.
9. Daunce
dari Bordeaux
Pada tahun 1857 ia memperkenalkan penggunaan incubator dalam
perawatan bayi premature. Setelah abad 20 dikembangkanlah post nayal care
dengan abulasi dini, roming in mulai dipraktikkan ,monitoring antepartum dan
intrapartum yang tepat dengan penggunaan ultrasonografi.
E. Sejarah
Perkembangan pelayanan dan Pendidikan Keidanan di Indonesia
Batasan:pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang
menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan
yang bertujuan untuk meninngkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan
anak.
Layanan kebidanan oleh bidan meliputi:
a.
Layanan kebidanan primer,yakni
layanan kebidanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab bidan.
b.
Layanan kolaborasi,yakni layanan
yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara bersama – sama dengan
profesilain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
c.
Layanan kebidanan rujukan yaitu
merupakan pengalihan tanggung jawab layanan oleh bidan kepada sistem layanan
yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten atau pengambil alihan tanggung jawab
layanan / menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda ,angka kematian ibu
dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun bayi yang tidak
terlatih secara medis. Pada tahun 1807 yakni pada zaman pemerintahan Gubernur
Jendral Hendrik William Deandels,ppara dukunbayi dilatih untuk pertolongan
persalinan,akan tetapi hal ini tidak dapat berlanjut karena tidak ada pelatih
bidan.
Pada saat itu,pendidikan yang diberikan kepada dukunbayi
enderung berorientasi pada kesehatan masyarakat,seperrti halnya promosi
kesehatan yang diberikan oleh bidan desa pada dukun bayi ,yakni lebih banyak
kecenderungan ilmu kesehata masyarakat dari pada pelayanan individu mengenai
teknik pelyanan persalinan yang sehat. Tentu saja hal ini akan berbeda bila
diberikan pendidikan yangberorientasi pada individu seperrti yang dilakukan
oleh bidan ruah sakit yang memberikan pelayanan poliklinik ,antenatal,gangguan
kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana ,senam hamil ,pendidikan
kebidanan,runag nifas dan perinatal.
Perkembangan ppelayanan kebidanan berkembang pesat daari
tahun ke tahun sedemikian rupa sehingga
sampai pada suatu titik tolak baru,sejak adanya konnferensi kependudukan dunia
di Kairo pada tahun 1994. Pada konverensi itu diputuskan adanya penekanan pada
reproductive health yang oleh karenanya memperluas area garapan pelayanan
bidan.
a.
Safe motherhood,termasuk abyi bbarru
lahir dan perawatan abortus
b.
Family planning
c.
Penyakit menular seksual termasuk
infeksi saluran reproduksi.
d.
Kesehatan reproduksi remaja
e.
Kesehatan reproduksi pada orang tua.
Dalam melaksanakan fungsi dan perannya,bidan harus
didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan.kewenangan tersebut diatur
melalui peraturan mentri kesehatan yang menyangkut wewenng bidan. Sedangkan
wewenag bidan tersebut selalu menglami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam menigkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pemenkes tersebut secara urut sebagai berikut.
a.
Permenkes No.5380/1/1963,wewenang bidan terbbatas pada
pertolongn pesalinan normal secara mandiri,didampingi tugas lain.
b.
Permenkes No.363/IX/1980,yanng
kemudia diubah menjadi Permenkes 623/1989,dalam hal ini wewenang bidan dibagi
menjadi dua yakni wewenang umum dan wewenang khusus ,yang ditetapkan bila bidan
melaksanankan tindakan khusus di bawah pebgawasan dokter pelaksanaan dari
Permenkes ini,yakni bahwa bidan dalam pelaksanaan praktik perorangan di bawah
pengawasan dokter.
c.
Permenkes No.572/VI/1996, di sini
wewenang mengatur tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan dalam
melaksanankan praktiknya diberi kewenangan yang bersifat mandiri. Kewengan
tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang
tersebut mencakup pelayanan kebidanan
yang meliputi pelayanan ibbu dan anak ,yakni:
a)
Pelayanan kelurga berencana
b)
Pelayanan kesehatan masyarakat.
d.
Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/2002
tentang registrasi dan praktik bidan revisi dari Permenkes No.572?VI/1996.
Di
dalam melaksanakan tugasnya,bidan harus melakukan kolaborasi,konsultasi dan
merujuk,sesuai dengan kondisi pasien,kewenangan dan kemampuannya.
Di
dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang melakukan pelayanan kebidanan
yang bertujuan untuk menyelamatkann jiwa pasien. Di dalam atran tersebut juga
ditegaskan bahwa bidan di dalam melaksanakan praktik harus sesuai dengan
kewenangan,kemampuan,pendidikan,pengalaman serta berdasarkan standar profesi.
Pencapaian
kemampuan bidan sesuai dengan Kepmenkes No.900/2002 tidaklah mudah. Karena
kewenangan yang diberkan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan atau
kemampuan bidan sebagai tenaga profesioal dan mndiri.
F. Perkembangan
Pendidikan Kebidanan
Perkembangan pendidikan kebidanan berjalan seiring dan
selalu berhibungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Dalam
perkembangannya, selalu mengikuti tuntutan atau kebutuhan masyarkat di satu sisi,di sisi lain pun
mengikuti sistem manajemen modern serta peralatan yang makin modern pula. Dalam
hal ini pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal dan nonformal.
Pendidikan kebidnan uuntuk para bidan dimulai sejak zaman
Hindia Belanda. Pada tahun 1851 ,seorang dokter militer Belanda yakni W.Bosch
membuka pendidikan bidann bagi wania pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak
berlangsung lama disebebkan karena pembatasan bagi wanita untuk keluar rumah.
Hal ini berkaitan dengan sistem adat dan budaya saat itu.
Pada tahun 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita
pribumi di Rumah Sakit Militer Batavia. Pada tahun 1904 pendidikan bidan bagi
wanita indo dibuka pula di Makasar. Lulusan dari pendidikan ini harus
bersedia untuk di tempatkan di mana saja dan bersedia menolong masyarkat yang tidak mampu dengna Cuma-Cuma.
Llulusan ini mendapa tunjangan dapri oemerintah kurang lebih 15,35
Gulden/bulan. Kemudian pada tahun 1922 tunjangan tersebut dinaikkan
menjadi 49 Gulden .bulan.
Antar tahun 1922-1912 dinulai pendidikan tenaga keperawatan
secara terencana di CBZ( Centrale
Burgelikje Ziekeninrichting) sekarrnag RSUP Ciptomangunkusumo di RSUP
Semarang pada waktu itu. Calon yang
diterima adalah dari HIS ( Hollandsche Indische School( setingkat SD 7 athun)
dengan pndidikan keperrawatan 4 tahun. Pada awwalnya hanya dapat menerima siswa
pria. Pada tahun 1914 diterima siswa wanita pertama kali. Bagi perawat wanita
yang lulus dapat meneruskan pendidikan kebidanan selama dua tahun pula.
Pada tahun 1935 – 1938 pemerintah Koloial Belanda mulai
medidik bidan lulusan MULO( Meer Uitgebreid Larger Onderwijs) setingkat SLTP
bagian B dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar
antara lain: Jakarta di Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan. RSB palang Dua dan
RSB Mardi Waaluyo di Semarang. Di tahun yang sama dikeluarkan sebuah peraturan
yang membedakan lulusan bidan berdasarkan latar belakang pendidikan. Bidan
dengan dasar pendidikan MULO dan pendidikan bidan selama 3 tahun tersebut,
bidan kelas satu( vreodrouweerste Klas) dan bidan dari lulusan perawat ( mantri)
desebut bidan kelas dua (Vreuodrowtweede klas). Perbedaan ini menyangkuut keuntungan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan.
Pada zaman penjajahan Jepang,pemerintah mendirikan sekolah perawat atau sekolah
bidan dengan nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki persyaratan yang sama
dengan zaman penjajahan Belanda. Peserta didik kurang berminatt memasuki
sekolah tersebut dan mereka menndaftar karena terpaksa karena tidak ada
pendidikan lain.
Pada tahun 1905-
1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun
dan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk menolong
persalinan cukup banyak,maka dibuka pendidikan pemmbantu bidan yang disebut penjenjeng kesehatan E atau pembsntu bidan. Pendidikanitu
dilanjutkan sampai tahun 1976 dann setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E
sebagian besar melanjutkan pedidikan bidan selama dua tahun.
Tahun 1953 sibuka kursus tambahan bidan(KTB) di
Yogyakarta,lamanya kursus antara 7- 12 minggu. Pada tahun 1960 KTB
dipindahkanke Jakarta. Tujuan dari KTB ini adalah untuk memperkenalkan kepada
lulusan bidan mengenai perkembangan progran KIA dalam pelayanan kesehatan
masyarakat ,sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai bidan terutama menjadi
bidan di BKIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup.
Pada tahun 1954
dibuka pendidikan guru bidan seacar bersama- sama denganguru perawat kesehatan
masyarakat di Bandung. Pada awalnya pendidika ini berlangsung satu tahun
,kemudian menjadi 2 tahun dan terakhir berkembang menjadi 3 tahun. Pada tahun 1972 institusi
pendidikan dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat ( SGP). Pendidikan ini menerima
calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah bidan.
Pada tahun 1970
dibuka program pendidikan bidan yang menerrima lulusan dari Sekolah Pengatur
Rawat( SPR) ditambah 2 tahun pendidikan bidan yang disebut Sekolah Pendidikan
Lanjutan Jurusan Kebidanan ( SPLJK). Pendidikan ini tidak dilaksanankan secara
merata di seluruh provinsi.
Pada tahun 1974
mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak( 24
kategori), departemen kesehatan melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga
kesehatan non sarjana. Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat
Kesehatan ( SPK) dengan tujuan adanya tenaga multi purpose di lapangan di mana
salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Namun karena adanya
perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang behubungan dengan kemampuan
seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak
tercapai atau terbukti tidak berhasil.
Pada tahun 1975
institusi pendidik bidan ditutup.sehingga selama 10 tahun tidak menghsilkan
bidan. Namun organisasi profesi bidan ( IBI) tetap ada dan bergerak sebagaimana
seharusnya mengkoordinir aktivitas para
bidan.
Tahun 1981 untuk
meninhkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK)
dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan , dibuka
pendidikan Diploma 1 Kesehatan Ibu dan Anak. Pendidikan ini hanya berlangsung
satu tahun dan tidak dilakukan oleh semua institusi.
Pada tahun 1985
dibuka lagi program pendidikan bidab yang disebut PPB yang menerima lulusan SPR
dan SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan. Program ini dikenal
sebagai Program Pendidikan Bidan A
(PPB/A). Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya ditempatkan di desa-desa.
Untuk itu pemerintah menempatkan
seoarang bidan di tiap desa sebagai pegawai tidak tetap ( bidan PTT)
dengan kerja selama 3 tahun dengan pemerintah yang kemudian dapat diperpanjang
2 x 3 tahun lagi.
Penempatan bidan
PTT ini menyebabkan orientasi sebagai tenaga kesehatan berubah. Mereka harus
dipersiapkan sebaik-baiknya tidak hanya kemampuan klinik sebagai bidan tetapi juga untuk berkomunikasi,
konseling,dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat desa untuk meningkatkan
taraf kesehatan ibu dan anak. Program pendidikan bidan ( A) diselenggarakan dengan peserta
didik cukup besar. Diharapkan pad tahun 1996 sebagian besar desa sudah memiliki
minimal seorang bidan. Lulusan pendidikan ini kenyataannya juga tidak memiliki
pengetahuan dan keterampilan seperti yang diharapkan sebagai seorang bidan profesional, karena
lama pendidikan yang terlalu singkat dan jumlah peserta didik terlalu besar dalam
kurun waktu satu tahun akademi,sehingga kesempatan peserta didik untuk praktik
klinik sangat kurang,sehingga tingkat kemampuan yang dimiliki sebagai seorang
bdan juga kurang.
Pada tahun 1993
dibuka program pendidikan bidan program B yang peserta didiknya dari lulusan akademi perawat( AKPER) dengan lama
pendidikan satu tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan tenaga
pengajar pada program pendidikan bidan A. Berdasarkan hasil penelitian terhadap
kemampuan klinik kebidanan dari lulusan ini
tidak menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena lama pendidikan yang
terlalu singkat yaitu hanya setahun. Pendidikan ini hanya berlangsung dua
angkatan ( 1995 dan 1996) kemudian ditutup.
Pada tahun 1993
juga dibuka pendidikan bidan program C ( PBB C ),yang menerima masukan dari lulusan SMP. Pendidikan
di 11 provinsi yaitu : : Aceh,Bengkulu,Lampung,Riau,Kalimantan Barat,Kalimantan
Timur dan Kalimantan Selatan ,Nusa Tenggara Timur,Maluku,dan Irian Jaya.
Pendidikan ini memerlikan kurikulum 3700 jam dan dapat diselesaikan dalam waktu
6 semester.
Selain itu , antara
tahun 1994-1995 pemerintah juga menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan
Jarak Jauh di tiga provinsi yaitu Jawa Barat ,Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Kebijakan ini untuk memperluas cakupan peningkatan mutu tenaga kesehatan yang
sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
Pangaturan penylenggaraan ini telah diatur dalam SK Menkes No.1247/SK/XII/1994.
Diklat Jarak Jauh(
DJJ)bidan adalah DJJ kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan,sikap,dan keterampilan, bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan
diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKB. DJJ bidan dilaksanakan dengan
menggunakan model sebanyak 22 buah.
Pendiikan ini
dikoordinasikan oleh Pusdiklat Depkes dan dilaksanakan oleh Bapelkes di provinsi. DJJ Tahap 1 (
1995-1996) dilaksanakan di 15 provinsi, pada tahap II ( 1996-1997) dilaksanakan
di 16 provinsi,dan pada tahap III ( 1997-1998) dilaksanakan di 26 provinsi.
Secara kumulatif pada rahap I – III telah diikuti oleh 6.306 orang bidan. Dari
jumlah tersebut sejumlah 3.439( 55 %) dinyatakan lulus. Pada tahap IV ( 1998-
1999 ) DJJ dilaksanakan di 26 provinsi dengan jumlah tiap provinsinya adalah 60
orang,kcuali provinsi ,Maluku 40 orang dan provinsi Jambi 50 orang. Dari 1490
peserta belum diketahui berapa jumlah yang lulus karena laporan belum masuk
saat buku ini ditulis. Selain pelatihan DJJ tersebut pada tahun 1994 juga
dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawat daruratan meternal dan neonatal ( LSS=
life saving skill ) dengan meteri pembelajaran berbentuk 10 modul.
Koordinatornya adalah Direkotorat Kesehartan Keluarga Ditjen Binkesmas.
Mengenai
pelaksanaannya diserahkan kepada Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten. Kemudian dari
hasil evaluasi ternyata ,penyelanggaraan
ini dinilai tidak efektif ditinjau dari proses.
Pada tahun 1996,
IBI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan Amerika College of Nurse
Midwife ( ACNM ) dan Rumah Sakit swasta,mengadakan Training of Trainer ( TOT )
kepada anggota IBI sebanyak 8 orang untuk LSS, yang kemudian menjadi tim
pelatih LSS inti di PP-IBI. Tim pelatih LSS ini mengadakan TOT dan pelatihan
baik untuk bidan di dea maupun bidan praktik swasta. Pelatihan praktik
dilaksanakan di 14 provinsi dan selanjutnya melatih bidan praktik swasta secara
swadaya , brgitu juga guru/dosen dari D3 Kebidanan.
Tahun 1995-1998,
IBI bekerja sama langsung dengan mother care melakukan pelatihan dan peer review bagi bidan rumah sakit,bidan puskesmas dan bidan di desa , di provinsi
Kalimantan Selatan.
Pada tahun 2000
telah ada pelatih persalinan normal yang dikoordinasiikan oleh maternal
national health yang sampai saat ini
telah melatih APN di beberapa provinsi/kabupaten. Pelatihan LSS dan APN tidak
hanya untuk pelatihan pelayanan tetapi juga guru,dosen-dosen dari akademi
kebidanan.
Selain melalui
pendidikan formal dan pelatihan , untuk meningkatkan kualitas pelayanan juga
diadakanseminar dan Lokakarya organisasi. Lokakarya organisasi dengan materi
pengembangan organisasi dilaksanankan setiap tahun sebanyak 2 kali mulai tahun
1996 sampai 2000 dengan biaya dari UNICEF.
G. Sejarah Perkembangan Pendidikan dan
Pelayanan Pendidikan Kebidanan Internasional
1.
Amerika
Di Amerika , para
bidan bidan berperan seperti dokter berpengalaman tanpa pendidikan yang
spesifik,standar-standar atau peraturan sampai pada awal abad ke 20.
Kebidanan,
sementara itu dianggap menjadi tidak diketahui dalam sebgian besar yuridiksi
dengan istilah “nenek tua” kebidanan akhirnya padam,profesi bidan hampir mati.
Sekitar tahun
1700,para ahli sejarah memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak
95 %. Salah satu alasan kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah
untuk menghilangkan praktik sihir yang masih ada pada saat itu. Dokter memegang
kendali dan banyak memberikan obat – obatan tetapi tidak mengindahkan aspek
spiritual. Hal ini menyababkan wanita
yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut terhadap kematian.
Walaupun statistik
terperinci tidak menunjukkan bahwa pasien-pasien bidan mungkin tidak sebanyak
pasien dokter untuk kematian demam nifas atau infeksi puerperalis,sebagian
besar penting karena kesakitan materanal dan kematian saa itu.
Tahun 1765 pendidikan
formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke 18. Banyak kalangan medis
yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar
dan menerapkan metode obstetrik. Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan
profesi bidan,sehingga bidan tidak mempunyai pendukung ,uang tidak terorganisir
dan tidak dianggap profesional.
Pada pertengahan
abad antara tahun 1770 dan 1820,para
wanita golongan atas kota-kota di Amerika,mulai meminta bantuan para bidan pria
atau para dokter. Sejak awal 1990 setengah persalinan di AS ditangani oleh
dokter. Biodan hanya melayani persalinan wanita yang tidak mampu membayar
dokter. Dengan berubahnya kondisi kehidapan di kota,persepsi-persepsi baru para
wanita dan kemajian dan ilmu kedokteran,kelahiran menjadi semakin meningkat
dipandang sebagai satu masalah medis sehingga dikelola oleh dokter.
Tahun 1915 dokter
Joseph de Lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologisdan bidan
tidak mempunyai peran di dalamnya ,dan diberlakukannya prosedur tetap pertolongan
persalinan di AS yaitu memberikan sedatif pada awal inpartu ,memberikan servix
berdiltasi memberikan ether pada kala II ,melakukan episiotomi. Akibat protab
tersebut kematian ibu mencapai angka 600-700 kematian per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-50 % wanita melahirkan di rumah
sakit. Dr.Grantly Dieke meluncurkan buku tentang persalinan alamiah. Hal ini
membuat para spesialis obstetriks berusaha meningkatkan peran tenaga di luar medis, termasuk bidan.
Pada waktu yang sama
karena pelatihan para medis yang terbatas bagi para pria,wanita kehilangan
posisinya sebagai pembantu pada
persalinan,dan suati peristiwa yang dilaksanankan secara tradisional oleh suatu
komunitas wanita menjadi sebuah pengalaman utama oleh seorang wanita dan
dokternya.
Tahun 1955 American College of Nurse-Midwives( ACNM) dibuka.
Pada tahun 1971 eorang bidan di Tennesse mulai menolong persalinan secara
mandiri di institusi kesehatan. Pada tahun 1979 badan pengawasan obat Amerika
mengatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi dan dalam dosis tinggi
telah melahirkan anak-anak yang mengalami kemunduran perkembangan psikomotor.
Pernyataan ini membuat masyarakat tertarik pada proses persalinan alamiah
,persalinan bidan dan membantu peran
bidan. Pada era 1980-an ACNM membuat pedoman alternatif lain dalam home birth.
Pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang praktik proifesional
bidan,sehingga membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan praktik yang
spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur profesi terebut.
Pada tahun 1982
MANA ( midwife alliance of north amerika ) dibentuk untuk meningkatkan
komunikasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai dasar kompetensi untuk
melindungi bidan. Di beberapa negara seperti Arizona , bidan mempunyai tugas
khusus yaitu melahirkan bayi untuk
perawatan selanjutnya seperti ,merrawat bayi,memberi injeksii bukan lagi
tugas bidan,dan hanya melakukan jika diperlukan namun jarang terjadi.
Bidan menangani
1,1% persalinan di tahun 1980 : 5,5 % di tahun 1994 angka setiap sectio
caesared mamurun dari 25%(1988) menjadi 21%(1995). Penggunaan forcep menurun
dari 5,5 % ( 1989) menjadi 3,8( 1994).
Dunia perbidanan
berkembang saat ini sesuai peningkatan permintaan untuk itu profesi kebidanan
tidak mempunyai lahan formal,sehingga ada beberapa tingkatan kemampuan
,walaupun begitu mereka berusaha agar mejadi lebih dipercaya,banyak membaca dan
pendekatan tradisional dan mengurangi teknik invasif untuk pertolongan seperti
penyambuhan tradisional.
Hambatan-hambatan
yang dirasakan oleh bidan Amerika saat ini antara lain:
a. Walaupun ada banyak
undang – undang baru, direct entry midwives masih dianggap iilegal di beberapa
negara bagian.
b. Lisensi praktik berbeda tiap negara
bagian,tidak ada standar nasioanal sehingga tidak ada definisi yang jelas
tentang bidan sebagai seorang yang telah terdidik dan memiliku standar
kompetensi yang sama. Sedikit sekali data yang akurat tentang direct entry
midwives dan jumlah data persalinan yang mereka tangani.
c. Kritik tajam dari
profesi medis kepadadirect entry midwives ditambah dengan isolasi dari sistem
pelayanan kesehatan pokok telah mempersulit sebagian besar dari mereka untuk
memperoleh dukungan medis yang adekuat bila tejadi keadaan gawat darurat.
Pendidikan kebidanan
biasanya berbentuk praktik lapangan,sampai saat ini mereka bisa menangani
persalinan dengan pengalaman senagai bidan.
Bidan adalah
seorang yang telah menyelesaikan pendidikan selama 4 tahun dan praktik lapangan
2 tahun ,yang mana biaya yang sangat mahal. Kebidanan memiliki sebuah
organisasi untuk membentik standar,menyediakan sertifikat dan membuat ujian
praktik.
Saat ini AS
merupakan negara yang menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia
,tetapi sekaligus merupakan negara industri yang paling buruk dalam hasil
perawatan natal di negara-negara lainnya.
2.
Australia
Pendidikan bidan
pertama kali di Australia dimulai pada tahun 1862. Lulusan itu dibekali dengan
pengetahuan teori dan praktik. Pendidikan diploma kebidanan dimulai tahun 1893 dan
sejak tahun 1899 hanya bidan sekaligus perawat yang telah terlatih yang boleh
bekerja di rumah sakit.
Sebagian besar
wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh masyarakat.
Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi
berkembang dengan pesat. Hal ini menyababkan banyak wanita hamil di luar nikah
dan jarang meraka memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena pengaruh
sosial mereka atau pada komunitas yang terbatas,meskipun demikian di Australia
bidan tidak bekerja sebagai perawat. Pendapat bahwa seorang bidan baru
reflekmenjadi seorang perawat dan program pendidikan serta praktiknya banyak
dibuka di beberapa tempat dan umumnya dibuka atau disediakan oleh non bidan.
Perkembangan
kebidanan yang berkaitan dengan higiene dan metode keperawatan , banyak
diilhami oleh perjuangan Florence Nightingle( 12 mei 1820-13 agustus 1910). Ia
adalah pelopor perawat modern,penulis dan ahli statistik. Ia dikenal sebagai
bidadari berlampu ( the lady with the lamp) atas jasanya yang tak kenal lelah
dan takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung
Krimea,Rusia. Ia pelopor konsep kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru
rawat. Ia menekankan pada pemerhatian teliti terhadap pasien dan penyususnan
laporan mendetail menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah
yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintah Inggris.
Olehkarena itu, perkembangan kebidanan di Australia mengacu pada metoda ini
sebagai pendorongnya. Kepeloporan keperawatan dan kebidanan di Australia
dimulai dengan tradisi dan letihan-latihan pada abad ke 19. Tahun 1824
kebidanan masih belum dikenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris
dan Australia. Oleh karenanya, kebidanan msih didominasi oleh profesi dokter.
Pendidikan Kebidanan
Kebidanan di
Australia telah mengalami perkembangan yang pesat sejak 10 tahun terakhir.
Dasar pendidikan telah berubah dari traditional based program menjadi kegiatan
yang menyesuaikan kebutuhan pelayanan dari
masyarakat. Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di Australia
telah melaksanakan perubahan ini,beberapa masih menggunakan program yang
berorientasi pada rumah sakit. Kurikulum pendidikan disusun oleh staf akademik
berdasarkan pada keahlian dan pengalaman ,mereka di lapangan kebidanan.
Kekurangan yang
dapat dilihat dari pendidikan kebidanan di Australia hampir sama dengan
pelaksanaan pendidkan bidan di Indonesia. Belum ada persamaan persepsi mengenai
pengimplementasian kurikulum pada masing-masing institusi,sehingga lulusan bida
mempunyai kompetensi klinik yang berbeda tergantung pada institusi
pendidikannya. Hal ini ditambah dengan kurangnya kebijaksanaan formal dan
adanya standar nasional menurut National Review of Nurse Education 1994, tidak
ada direct entry.
Pada tahun 1913
sebanyak 30 % persalinan ditong oleh bidan. Meskipun ada peningkatan jumlah
dokter yang menangani persalinan antara tahun 1900 sampai 1940,tidak ada
penurunan yang berarti pada angka keamtian ibu dan bidanlah yan selalu
disalahkan akan hal itu. Kenyataannya wanita jelas menengah ke atas yang
ditangani oleh dokter dalam persalinannya mempunyai resiko infeksi lebih besar
dari pada wanita miskin yang ditangani oleh bidan.
Masalah profesional
Tugas pertama yang
sulit adalah menelitikembali nama bidan itu sendiri,itu tidak sama dengan
ketika latihan dalam praktik kebidanan. Bidan sangat penting di pelayanan
kesehatan sejak perang dunia II dan proporsi yang besar di rumah saki
sebagai pusat pelayanan kesehatan daerah
sekitar rumah sakit tersebut. Peningkatan rumah sakit dan persatuan perawat dan
peningkatan ahli kebidanan yang lebih menekankan pada teknologi menyababkan
mundurnya kebidanan. Tetapi situasi itu berakhir pada saat Amerika Utara
menilai kepemimpinan bidan yang memustuskan bahwa bidan berhak mendapat
penghargaan pertama dan penghargaan kedua diberikan kepada keperawatan.
Penghargaan itu sangat penting untuk peningkatkan profesi kebidanan.
Pengembangan Profesi Bidan
Pemerintah
menilai adanya peningkatan kebidanan dengan pemberian asuhan yang bermanfaat.
Shearman Repart ( NSWI,1989) telah menemukan cara awal untuk mengatur strategi
perawatan yang berkesinambungan. Having ababy in Victoria ( depkes
victoria,1990) melaporkan sebuah review pelayanan kesehatan di Victoria yang
dibutuhkan pada orientasi pelayanan kesehatan pada awal dan keluarga. Maksudnya
pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Perawatan efektif pada kelahiran CNH
dan MRC, 1996 menyimpulkan bahwa perawatan yang berkesinambungan akan menjadi
tujuan perawatan kesehatan ibu.
Masalah Regional
Negara
tetangga Australia yaitu Papua Nugini , Pulau Solomon memiliki angka kematian
yang sanga tinggi Rosaline Lapat,seorang pemenang program Maria Gibran pada ICM
di Oslo yang sekarang sedang berada di Universitas Teknologi Sidney menunjukkan
sebuah video yang digunakan untuk melatih sisten bidan di desa dengan cara ibu
berbaeing setelah melahirkan kepala dan bahu,dan melahirkan plasenta dengan
menarik tali pusat secara terkendali. Cara ini banyak dikaui oelh negara bagian
barat yang mengatakan hal ini tidak hanya bebeda dari biasanya untuk pendidikan
bidan di Australia. Mahasiswa kebidanan haris menjadi perawat dahulu sebelum
mengikuti pendidikan bidan. Sebab di Australia kebidanan masihmenjadi sub
spesialisasi dalam keperawatan( maternal and child health). Di dalamnnya
termasuk pendidikan tentang keluarga berencana,kesehatan wanita,perawatan
ginekologi,parawatan anak,kesehatan anak dan keluarga,serta kesehatan neonatus
dan remaja. Adanya peraturan ini semakin mempersempit perandan ruang kerja bidan.
Literatur yang
tersedia bagi mahasiswa kebidanan masih kurang. Kurikulum yang ada dirasakan
hanya sesuai untuk mahasiswa pemula atau menengah saja ,sehingga kadang-kadang
mahasiswa yang telah terlatih di keperawatan kebidanan diberikan posisi yang
sama seperrti pemula atau sebaliknya. Mahasiswa yng sebelumnya telah
mendapatkan pendidikan kebidanan di keperawatan akan membawa konsep “sakit”.
Transisi dari filosofi “ sakit” ke filosofi “ sehat” dalam kebidanan sedikit
banyak menyulitkan mahasiswa.
Beberapa tahun
setelah Australia mengadakan pelatihan
kebidanan,datang para pendidik yang membuka universitas yang memiliki cara
tersendiri untuk menghasilkan tenaga yang berkualitas. Pada waktu yang sama
pemerintah mendukung bidan dalam memperluas peran mereka. Luasnya pengalaman
klinik cukup diterima masyarakat di bebrapa tempat terapi juga mengurangi
resiko yang akan terjadi. Satu hallagi yang perlu diketehui bahwa persalinan di
desa tersebut ibu berbaring di daun pisang yang bersih atau sprei.
Di negara barat terdapat peratiran di mana
wanita melahirkan tidak boleh ditemani oleh keluarganya ,tetapi ada beberapa
negara yang menganggap peraturan ini tidak efektif dan mengatakan bahwa ibu
bersalin perlu ditemani oleh suami atau anggota keluarganya.
Penerapan Penelitian Ke Dalam Praktik
Akhir dari masalah
bidan di kawasan ini adalah penerapan
penelitian ke dalam praktik ,misalnya pada video yang digunakan di Paoua Nugini
yang berisi anjuran kepada bidan untuk meninggalkan tradisi merek dan memandang
pada fakta-fakta yang ada.
3.
Selandia Baru
Selandia baru telah
memiliki peraturan perundang-undangan tentang cara kerja kebidanan sejak tahun
1904,tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu,lengkup praktik bidan telah berubah
secara berarti sebagai hasil dari meningkatnya sistem perumahsakitan dan
pengobatan atau pertolongan dalam kelahiran. Karena adanya otonomi bagi pekerja
yang bergerrak dalam praktiknya dengan lingkup prakik yan penuh di awal
1900,secara perlahan bidan menjadi asisten dokter. Bidan bekerja di masyarakat
dimulai dengan bekerja di rumah sakit dalam area tertentu seperti klinik
antenatal,ruang bersalin dan ruang nifas,kehamila dan persalinan menjadi
terpisah menjadi khusus dan tersendiri secara keseluruhan. Dalam proses ini
bidan kehilangan pandangan bahwa persalinan adalah suatu yang normal dan dengan
peran mereka sendiripun sebagai pendamping pada peristiwa normal tersebut. Di
samping itu bidan menjadi berpengalaman memberikan intevensi dan asuhan
maternitas yang penuh dangan pengaruh medis , di mana seharusnya para dokter
san rumahsakit secara langsung yang lebih cepat untuk memberikannya.
Model di atas
ditujukan untuk memberikan pelayanan pada meternal dan untuk mengurangi angka
kematian dan kesalitan ibu dan janin. Hal ini berlangsung pada tahun 1920
sampai dengan tahun 1980 di mana yang memberlakukan model tersebut adalah
negara-negara barat seperti selandia baru,Australia,Inggris,dan Amerika. Tetapi
strategi sperti itu tidak mencapai kesuksesan.
Di Selandia
Baru,para wanitalah yang melawan model asuh persalina tersebut dan menginginkan
kembalinya bidan tradisional yaitu seorang yang berpengalaman dari mulainya
kehamilan sampai dengan enam minggu setelah mengenal dan menumbuhkan rasa
saling percaya di antara keduanya. Dasar dari model patnership adalah
komunikasi dan negosiasi.
Di Selaindia
Baru,bidan harus dapat membangun hubungan patnership dengan wanita yang menjadi
kliennya, di samping bidan harus mempunyai kemampuan yang profesional.
4.
Ontorio,Kanada
Ontario adalah
provinsi pertama di Kanada yang menerbitkan peraturan tenntanf kebidanan
setelah sejarah panjang tentang kebidana yang ilegal dan berakibat meninkatnya
praktik bidan yang tidak berijin. Seperti Selandia Baru,waniyalah yang
menginginkan peeubahan,mereka membuat pilihan asuhan dan keputusan yang sesuai
dengan pengalaman untuk dijadikan model kebidanan terbaru.
Model kebidananyang
dipakai di Ontario berdasarkan pada definisi ICM tentang bidan yaitu seorang
tenaga yang mempunyai otonomi praktik terbatas pada persalinan normal. Sasaran
dari praktik kebidanan adalah masayarakat. Bidan memiliki akses kepada rumah
sakit maternitas dan wanita mempunyai pilihan atas persalinan di rumah atau di
rumah sakit.
Ontario tidak mengatur konsep patnership sebagai pusat
praktik kebidanan walaupun terbagi atas dua model. Untuk contoh di Selandia
bbaru dan Ontario Kanada sama-sama menerapkan model patnership dalam asuhan
kebidanan. Beberapa aspek di dalamnya anatara lain hubungan antar wanita
,asuhan berkesinambungan ,kebebasan memilih dan
menyetujui ,otonomi praktik kebidana terfokus pada kehamilan dan
persalinan normal.
Dalam membangun
dunia profesi kebodananyang baru di Selandia Baru dan Kanada membuat sistem
baruu dalam mempersiapkan didan – bidan untiuk registrasi. Keduanya memulai
dengan suatu keputusan bahwa bidanlah yang dibutuhkan dalam pelayanan
maternitas dan menetapkan ruang lingkup praktik kebidanan. Ruang lingkup
praktik kebidanan di kedua negara itu tidak kelur jalur yang ditetapkan oleh
ICM yaitu bidan bekerja dengan otonomi penuh dalam lengkup persalinan normal
atau pelayanan maternitas primer. Bidan bekerrja dan berkonsultasi dengan ahli
obstetrik bila terjadi komplikasi dan
ibu serta bbayi memerlukan bantuan dan pelayanan matenaitas skunder. Bidan di
kedua negara tersebut memiliki akses fasilitas rumah sakit tanpa harus bekerja
di rumah sakit.
Selandia Baru dan
Kanada menerapkan direct entry . sebelumnya di Selandia baru ada perawat
kebidanan di mana perawat dapat menambah pendidikannya agar menjadi seorang
bidan ,sedaangkan di Kanada tidak ada. Bagaimanapun kedua negara tersebut yakin
bahwa untuk mempersiapkan bidan yang dapat bekerja secara otonom dan dapat
memberi dukunagan pada wanita agar menentukan sendiri persalinannya. Penting
untuk mendidik wanita yang sebelumnya belum pernah berkecimpung dalam sistem kesehatan menempuh
program pendidikan kebidanan ,tetapi program direct entry lebih diutamakan.
Perawat yang ingin menjadi bidan sepenuhnya
harus melewati program kebidanan
dahulu, walaupun mereka harus memenuhi bebeapa aspek program.kedua
negara tersebut menggunakan dua model pendidikan yaitu pembelajaran teori dan magang. Pembelajaran teorii di kelas
difokuskan pada teori dasar yang akan melahirkan bidan-bidan yang dapat
mengartikulasikan filosofinyas sendiri dalam praktik,memanfaatkan penelitian
dalam praktik mereka dan berfikir kritis tentang praktik. Dilengakapi dengan
belajar magang di mana mahasiswa bekerja didampingi pembimbing dan dengan
pengawasan bidan ayng berpraktik dalam waktu yang cukup lama. Tidak seperti model
magang tradisional di mana mahasiswa bekerja dengan lebih dari seorang bidan
dengan berbagai macam model praktik. Mahasiswa tidak hanya mempelajari hal yang
positif tetapi juga harus mengetahui hal yang negatif untuk itu dilakukan di
masa mendatang. Satu mahasiswa akan bekerja dengan satu bidan sehinggga mereka
tidak dikacaukan dengan bermacam-macam model praktik dan ini dalamjangka waktu
yang lama. Bidan tersebut memberi role model yang penting untuk proses
pembelajaran. Mahasiswa bidan juga akan belakar tentang model patnership. Model
ini terdiri atas hubungan antara wanita dengan mahasiswa bidan,mahasiswa bidan
dengan bidan,mahasiswa bidan dengan guru bidan,guru bidan dengan bidan hubungan
antara program kerja dengan profesi kebidanan serta perogram kebidanan dengan
wanita.
Dari sini dapat
kita lihat bahwa model pendidikan kebidanan yang digunakan oleh Selandia Baru
dan Kanada sering terkait satuu sama lain sebagai bagian dari pelayanan
maternitas. Setipa bagian dari lingkaran tersebut mewakili berbagai macam
patnership yang saling berintegrasi. Patbership ini menjjaga agar program
pendidikan tetap pada tujuan utamanya,yaitu mencetak bidan – bidan yang dapat
bekerja scara mendiri sebagai pemberi asuhan maternitas primer. Selandia Baru
dan Kanada telah sukses dalam menghidupkan kembali status bidan dan status
wanita. Kesesuaian antara pendidikan bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan
adalah bagian terpenting dari sukses tersebut.
Kelompok
maternity
|
bidan
|
Profesi
kebidanan
|
Guru
bidan
|
wanita
|
Siswa
bidan
|
Patnership
dalam pendidikan kebidanan
|
5.
Belanda
Perkembangan Kebidanan di Belanda
Seiring dengan
meningkatnya perhatian Belanda terhadap kelahiran dan kematian,pemerintah
mengambil tindakan terhadapmasalah tersebut. Wanita berhak memilih apakah ia
mau melahirkan di rumah atau di rumah sakit,hidup atau mati. Belanda memiliki
angka kelahiran yang sangat tinggi sedangkan
kematian prenatal relatif rendah. Satu dari tiga persalinan di rumah dan
ditolong oleh bidan dan perawat dedang yang lain di rumah sakit,tetapi juga
ditolong oleh bidan. Dalam kenyataannya ketiga keahiran tersebut.
Prof.Greerit Van
Kloosterman pada konferensinya di Toronto tahun 1984 menyatakan bahwa setiap
kehamilan adalah normal dan harus selalu dipantau dan mereka bebasa memilih
untuk tinggal di rumah atau di rumah sakit di mana bidan yang sama akan
memantau kehamilannya. Yang utama dan penting adalah kebidanan di Belanda melihat suatu pebedaan
yang nyata antara kebidanan keperawatan. Astrid Limburg mengatakan : seorang
perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan yang baik karena perawat
dididik untuk merawat seorang yang sakit,sedangkan bidan untuk kesehatan
wanita. Tiak berbeda dengan ucapan Maria De Broer yang mengatakan bahwa
kebidanan tidak memiliki hubungan dengan keperawatan. Kebidanan adalah profesi
yang mandir. Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni
sebagaimana memberi anastesi dan sedatif pada pasien barulah kita harus
mengadakan pendekatan dan memberi dorongan pada ibu pada saat persalinan. Jadi
pada praktiknya bidan harus memandang ibu secara kesaeluruhan dan mendorong ibu
untuk menolong dirinya sendiri.
Pada kasusu resiko
rendah dokter tidak menangani mulai dari prenatal,natal,dan post natal. Pada
resiko menengah mereka selalu memberikan job tersebut pada bidan, dan pada
kasus rresiko tinggi dokter dan bidan saling bekerja sama.
Bidan di Belanda 75
% bekerja secara mandiri karena kebidanan adalah prrofesi yang mandiri dan
aktif. Sehubungan dengan hal tersebut bidan harus menjadi role model di
masyarakat dan hrus menganggap kehamilan adalah suatu yang normal sehingga
apabila seorang wanita merasa dirinya hamil, dia dapat langsung memeriksakan
diri ke bidan.
Pendidikan Kebidanan di Belanda
Pendidikan kebidanan di Belanda terpisah dari pendidikan keperawatan dan
berkembang menjadi profesi yang berbeda. Di Belanda ada tiga institusi
kebidanan dan menerima 66 mahasiswa setiap tahunnya. Hampir setiap tahun 800
calon mahasiswa ( 95 % wanita,4 % pria ) yang mengikuti tes. Syaratuntuk
mengikuti tes yaitu usia minimum 19 tahun,telah menamatkan secondary education
atau yang sederajat dari jurusan kimia dan biologi. Mahsiswa kebidanan tisak
menerima gaji dan tidak membayar biaya pendidikan.
Selama pendidikan
ketiga institusi tersebut menekankan bahwa kehamilan,persalinan,dan nifas
sebagai profesi fisiologis. Ini diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk
praktik di kamar bersalin di mana wanita dengan resiko rendah melahirkan.
Persalinan,walaupun di rumah sakit, seperti di rumah,tidak ada dokter yang siap
menolong dan tidak ada cardiograph. Mahasiswa akan merujuk keterampilan
jebidananyang telah terpelajari. Bila ada masalah, mahasiswa baru akan
berkonsultasi pada ahli kebidanan dan seperti di rumah,wanita dikirim ke ruang
bersalin patologi. Mahasiswa diwwajibkan mempunyai pengalaman ,inimal 40
persalinan selama pendidikan. Ketika mereka lulus ujian akhir akanmenerima
ijazah yang di dalamnya tercantum nilai ujian.
Pelayanan Antenatal
Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktik ,andiri dari pada
perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktik dan menyediakan laytanan
kepada wanita dengan resiko rendah,meliputi antenatal, intrapartum ,dan post
natal tanpa ahli kandungan yang menyertai mereka bekerja di bawah lembaga audit
kesehatan. Bidan harus merujuk wanita dengan resiko tinggi atau kasus patologi
ke ahli kebidanan untuk dirawat dengan baik.
Untuk
memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan,dan untuk meningkatkan
kerjasama antara bidan dan ahli kebidanan maka dibentuklah daftar indikasi oleh
kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda. Riwayat itu bersisi sebelum dan
sesudah pengobatan. Riwayat kebidanan yang akan berguna dalam pelayanan
kebidana. Penelitian Woremever menghasilkan data tentang mortalitas dan
morbilitas yang menjamin kesimpulan : dengan sistem pelayanan kebidanan yang
diterapkan dii Belanda memungkinkan mendapatkan hasil yang memuaskan melalui
seleksi waniata. Suksesnya penggunaan daftar indikasi mengapa dasar yang
penting mengapa persalinan di rumah disediakan dan menjadi alternatif karena
wanita dengan resiko tinggi dapat diidentifikasi dan kemudian dirujuk ke ahli
kebidanan.
Selama
kehamilan bidan menjumpai wanita jamil 10- 14 kali di klinik bidan. Sasaran
utama praktik bida adalah pelayanan komunitas. Jik tidak ada masalah,wanita
diberikan pilihan untuk melahirkan di rumah atau di rumah sakit. Karena
pelayanan antenatal yang hati-hati sehingga kelahiran di rumahsama amannya
dengan kelahiran di rumah sakit. Tahun 1969 pemeritah Belanda menetapkan bahwa
melahirkan di rumah harus dipromosikan sebagai alternatif persalinan. Di
Amsterdam 43 % keahiran ( catatan bidan dan ahli kebidanan) terjadi di rumah.
Di Hollad diakui bahwa rumah adalah tempat yang aman untuk melahirkan selama semuanya
normal.
Pelayanan Intrapartum
Pelayanan
intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya
plasenta dan membrannya. Bidan memiliki kemampuan untuk melakukan episiotomi
tapi tidak diijinkan menggunakan alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka
perineum atau episiotomi,untuk luka yang parah dirujuk ke ahli kebidanan.
Syntometrin dan Ergometrin diberikan jika ada indikaasi. Kebanyakan kala III
dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik tidak digunakan dalam persalinan.
Pelayanan Postpartum
6.
Inggris
Buku trntang
praktik kebidanan diterbitkan pada 1902 di Inggris dan dirancang untuk
melindungi masyarakat dari praktisi yang tidak mempunyai kualifikasi. Pada saat
itu sabegian bedar penolong persalinan buta huruf bekerja sendiri, menerima
bayaran untuk pelayanan yang mereka berikan pada wanita meskipun promosi
praktik mempunyai kualifikasi meningkat dari 30% pada 1905 menjadi 74 % pada
1915,banyak wanita yang menyukai paraji. Hal ini karana paraji lebih murah
,mengikuti tradisi lokal, dan memberikan dukungan domestik.
Selama tahun 1920
an ,hanya 50-60 % anita ditolong oleh seorang bidan dalam persalinannya,tetapi
dalam kegawatdaruratan bidan harus memanggil dokter. Pelayanan dipusatkan pada
persalinan dan nifas sedangkan pelayanan antenatal mulai dipromosikan tahun
1935 .
Bidan manddiri
terancam oleh klinik likal dan peningkatan persalinan di rumah sakit. Pada
tahun 1930 perawat yang juga terdaftar memasuki kebidanan karena dari 1916
mereka dapat mengikuti kursus kilat kebidanan. Hal ini mengakibatkan penurunan
status dan kekuatan bidan karena perawat disosilaisasikan untuk menolong
keadaan patologis dari pada keadaan fisiologis.
Selama tahun 1980
bidan di Inggris memulai berusaha mendapatkan otonomi yang lebih dan
meningkatkan sistem melalui penelitian tentang alternatif pola perawatan.
Dengan perawatan alternatif bidan mulai mengembangkan praktik secara mandiri.
Selama pertengahan 1980 kira-kira ada 10 bidan praktik secara mandiri di
Inggris.
Pada tahin 1990 ada
32 bidan mandiri dan pada 1994 angka perkiraan dari bidan mandiri adalah 100
orang dengan 80 orang di antaranya terdaftar dalam asosiasi bidan mandiri (
independen midwives association).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar